Sarasehan Komunitas Kandang Kebo & Disbud Sleman: Nisan Makam Penanda Zaman, Kupas Nilai Sejarah
Nisan artefak budaya yang menyimpan informasi penting tentang sejarah, seni, dan sistem kepercayaan masyarakat pada masanya.
Makam sendiri berasal dari kata maqam dalam bahasa Arab. Adapun maqam bersumber dari kata qa-ama yang artinya ‘berdiri’.
Ada istilah lain yang lazim digunakan untuk merujuk kepada makam, yakni kuburan yang berasal dari kata qa-ba-ra yang berarti ‘menanam sesuatu ke dalam tanah’ atau mengebumikan jenazah.
Di samping itu, ada istilah lain yang berarti makam, yakni astana, setana, asta, astano atau ustano, jiratan, pasarean, sasana laya, kandang, dan lainnya. Lima kata terawal menunjukkan bahwa kuburan adalah istana untuk orang yang telah meninggal.
Mengenai nisan, ada beberapa pendapat tentang asal-usul kata ini. Sebagai contoh, Van der Tuuk menyebut nisan berasal dari kata dalam bahasa Persia.
Lalu, Hidding berpendapat bahwa nisan atau maesan berasal dari kata paesan yang berarti 'cermin rias'. Dalam bahasa Jawa Kuno, ada kata pahyas yang kemudian pelafalannya menjadi paes.
Sementara itu, dalam sambutannya, Ketua Komunitas Kandang Kebo Maria Triwidayati menegaskan pentingnya kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam menjaga peninggalan sejarah lokal.
“Melalui sarasehan seperti ini, kita tidak hanya belajar tentang bentuk dan makna nisan, tetapi juga meneguhkan komitmen untuk melestarikan warisan budaya yang menjadi jati diri kita bersama,” tutur Maria.
Kegiatan ini diakhiri dengan penegasan pentingnya pelestarian artefak makam sebagai bagian dari upaya menjaga kesinambungan nilai budaya dan sejarah lokal.
Disbud Sleman berharap sarasehan semacam ini dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan, agar generasi muda lebih mengenal akar budayanya dan memahami bahwa setiap batu nisan adalah saksi bisu perjalanan panjang peradaban manusia.
Sekilas tentang Komunitas Kandang Kebo
Komunitas Kandang Kebo berdiri tahun 2015 dengan didasari oleh keinginan memberikan wadah bagi para pecinta budaya dan khususnya pecinta warisan budaya. Empat tahun kemudian, komunitas ini sudah berbadan hukum.
Kandang Kebo memiliki visi menjadi komunitas pelestari warisan budaya agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Setiap tiga bulan sekali, Kandang Kebo juga menyelenggarakan acara blusukan atau jelajah sejarah yang bisa diikuti oleh semua kalangan secara gratis.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.