Tindak Pidana Perdagangan Orang
MENYEDIHKAN Kiper Muda Korban TPPO Kamboja, Disiksa Jika Tak Dapat Target 20 Orang Kaya untuk Ditipu
Menderitanya kiper muda asal Bandung yang jadi korban TPPO di Kamboja, disiksa jika tak dapat target 20 orang kaya untuk ditipu.
Ringkasan Berita:
- Kisah menyedihkan dialami oleh Rizki Nurfadhilah.
- Kiper muda asal Kabupaten Bandung itu jadi korban TPPO di Kamboja.
- Dia ditugaskan mencari kontak 20 wanita kaya untuk ditipu.
- Jika tidak memenuhi target, maka mendapat penyiksaan fisik.
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Nasib tragis dialami seorang remaja asal Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, bernama Rizki NurFadhilah (18).
Impian kiper muda jebolan Diklat Persib Bandung untuk bermain sepak bola di klub profesional asal Medan, Sumatera Utara kandas.
Kini Rizki Nurfadhilah diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) di Kamboja.
Dia ditipu setelah menerima tawaran kontrak untuk bermain sepak bola di klub profesional asal Medan.
Namun, kontrak tersebut ternyata palsu. Bukannya ke Medan, Rizki Nurfadhilah justru dibawa ke Kamboja.
Dia dipaksa bekerja sebagai "penipu" dengan modus platform percintaan.
Baca juga: Kiper Muda Asal Bandung Jadi Korban TPPO Kamboja: Pah, AA Dijebak! Disiksa Angkat Galon ke Lantai 10
"Anak saya bilang ada kontrak main bola di Medan selama satu tahun. Lalu dijemput ke sini pakai travel, terus dibawa ke Jakarta. Tapi di Jakarta, bukannya ke Medan, malah ke Malaysia. Sebelum akhirnya ke Kamboja," ujar Ayah Rizki Nurfadhilah, Dedi Solehudin (42), Selasa (18/11/2025).
Sesampainya di Kamboja, Dedi menceritakan, anaknya memang sempat berkomunikasi dengannya.
Sang anak mengabarkan sering mendapatkan tindak kekerasan oleh pimpinannya.
Rizki Nurfadhilah diwajibkan mencari 20 kontak calon korban yang kaya raya dari berbagai negara untuk nantinya ditipu. Jika tidak memenuhi target, maka mendapat penyiksaan fisik.
"Kalau enggak dapat, dia disiksa. Sampai 500 kali pukulan, kadang-kadang. Terus disuruh ngangkat galon dari lantai satu sampai lantai 10. Dia tiap hari kerja dari jam 8 pagi sampai jam 12 malam. Bahkan sering belum selesai meski sudah jam 12 malam," katanya.
Komunikasi dengan Keluarga Dilakukan Sembunyi-sembunyi
Dedi mengungkapkan, komunikasi dengan sang anak memang tidak pernah putus hingga saat ini. Namun berdasarkan pengakuan Rizki Nurfadhilah , dia melakukannya secara sembunyi-sembunyi.
Melihat kondisi anak yang tidak baik-baik, Dedi mengungkapkan, sudah mencari bantuan ke berbagai pihak terkait, mulai dari penegak hukum, dinas, hingga ke Gedung Sate.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.