Laila Menyusul Tari dan Yuni: Mengapa Anak Gajah Sumatera Terus Mati di Riau?
Laila mati terjadi usai tim medis Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau berupaya melakukan penanganan intensif karena gejala sakit
Ringkasan Berita:
- Tiga kasus beruntun ini menambah kekhawatiran publik mengenai kondisi kesehatan populasi gajah Sumatera yang kian terancam.
- Pada malam 21 November, tidak ada tanda bahaya. Laila masih menyusu dan bergerak seperti biasanya.
- Dua hari sebelum kematiannya, Laila tampak kurang aktif, meski masih makan dan minum seperti biasa.
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Kematian anak gajah Sumatera bernama Laila menambah daftar panjang kasus serupa di Provinsi Riau. Diketahui, anak gajah betina berusia 1 tahun 7 bulan tersebut merupakan hasil konservasi dari induk bernama Puja dan jantan bernama Sarma, lahir pada 6 April 2024.
Baca juga: Sebelum Mati Anak Gajah Sumatera Bernama Laila Sempat Menjerit Tengah Malam
Sebelum Laila, Riau juga kehilangan anak gajah bernama Tari beberapa bulan sebelumnya.
Anak gajah betina Tari ditemukan mati mendadak di Taman Nasional Tesso Nillo (TNTN), Pelalawan, Riau, pada Rabu pagi, 10 September 2025.
Anak gajah itu sebelumnya dikenal sebagai ikon konservasi dan simbol harapan pelestarian gajah Sumatera di Riau.
Hewan itu mati di Camp Elephants Flying Squad, TNTN, Lubuk Kembang Bunga, Pelalawan, saat berusia 2 tahun.
Pada 21 April 2025, seekor anak gajah bernama Yuni juga mati pada usia tiga bulan. Yuni ditemukan warga di Desa Gunung Mulia, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, Riau pada 10 Maret 2025, setelah terpisah dari induknya.
Kematian Laila
Kematian Laila terjadi setelah tim medis Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, berupaya melakukan penanganan intensif menyusul gejala sakit yang teramati sejak dua hari sebelumnya.
Kepala BBKSDA Riau Supartono mengatakan, mulanya pada tanggal 20 November 2025, anak gajah Laila terlihat kurang aktif dari biasanya, meskipun nafsu makan dan minumnya masih baik.
“Berdasarkan informasi tersebut, kami langsung menurunkan tenaga medis untuk melakukan pemeriksaan,” katanya.
Lanjut dia, hasil pemeriksaan awal oleh tim medis yang terdiri dari dokter hewan dan mahout menunjukkan bahwa suhu tubuh Laila masih normal.
Tim kemudian memberikan cairan infus, obat-obatan, serta melakukan pemantauan ketat setiap dua jam.
Baca juga: Dukung Konservasi Gajah Sumatera, Pertamina Patra Niaga Sediakan Kebun Pakan Seluas 1 Hektare
Supartono bilang, pemantauan keesokannya, pada 21 November 2025, kondisi anak gajah Laila masih terbilang baik.
“Pemantauan sampai pukul 22.00 WIB tanggal 21 November, Gajah Laila masih terpantau makan dan minum seperti biasa dan tetap minum air susu induknya,” tuturnya.
Pada tengah malam, 22 November 2025 sekitar pukul 00.30 WIB, tiba-tiba Gajah Laila terdengar menjerit atau teriak. Ketika dipantau, gajah masih dalam kondisi berdiri dan aktif bergerak.
“Sekitar pukul 01.00 WIB, Gajah Laila kembali menjerit. Setelah dicek, posisi tubuh gajah dalam keadaan berbaring. Namun, setelah diberikan penanganan, gajah kembali bangun, minum, dan menyusu,” ujar Supartono.
“Sekitar pukul 05.00 WIB Gajah Laila sempat bersuara, kemudian dilakukan pemeriksaan, dan sekitar pukul 05.30 WIB, dalam kondisi terbaring, Gajah Laila dinyatakan sudah mati,” tambah dia.
Untuk memastikan penyebab pasti kematian Laila, tim dokter hewan BBKSDA Riau segera melakukan tindakan nekropsi atau bedah bangkai untuk melihat perubahan yang terjadi pada organ-organ vital.
"Selain itu, akan dilakukan pengambilan sampel jaringan yang selanjutnya akan diuji di laboratorium,” paparnya.
Baca juga: BTN Tesso Nilo Ungkap Penyebab Kematian Anak Gajah Tari, Virus Mematikan Serang Organ Hati
Diharapkan nanti, hasil uji laboratorium dapat memberikan titik terang mengenai faktor yang menyebabkan kematian mendadak anak gajah Sumatera yang menjadi aset konservasi di Riau ini.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.