Sabtu, 16 Agustus 2025

Kontroversi Film Animasi Merah Putih

Hanung Bramantyo Sebut Film Merah Putih One For All Belum Selesai Dikerjakan, tapi Dipaksa Tayang

Film ini menuai kontroversi. Publik, terutama anak muda mengkritik kualitas hingga narasi yang diangkat.

|
Tribunnews/Bayu Indra Permana
Hanung Bramantyo cerita soal keterlibatannya di Musikal Sinematik City of Love, di kawasan Senayan Jakarta Pusat, Jumat (17/1/2025). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Bayu Indra Permana

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sutradara Hanung Bramantyo ikut menonton film animasi 'Merah Putih One For All' dipenayangan hari pertama.

Film ini ramai dibicarakan karena disebut mendapat kucuran dana besar dari pemerintah.

Namun Hanung menilai bahwa hasilnya tidak layak tayang di bioskop bahkan disebut belum selesai olehnya.

Baca juga: Kesan Gen Z Tonton Film Merah Putih One for All di Bioskop: Ceritanya Lumayan

Hanung mengatakan dirinya sengaja menonton langsung film tersebut, bukan hanya cuplikan atau trailer, untuk memberi penilaian yang adil. 

SEPI PENONTON - Poster film Merah Putih One for All di Kelapa Gading XXI . Film ini sepi penonton. Benarkah alasan menyaksikannya karena penasaran?
SEPI PENONTON - Poster film Merah Putih One for All di Kelapa Gading XXI . Film ini sepi penonton. Benarkah alasan menyaksikannya karena penasaran? (Tribunnews/M Alivio Mubarak Junior)

“Iya saya harus nonton film itu karena rasanya enggak fair kalau cuma trailer aja," ucap Hanung Bramantyo di kawasan Kemang Jakarta Selatan, Kamis (14/8/2025). 

"Tapi memang seperti yang saya bilang kalau film itu belum selesai dibuat jadi saya merasa bahwa itu terlalu dipaksakan untuk ditampilkan,” ujarnya.

Meski begitu, Hanung menegaskan tidak ingin menyalahkan individu tertentu dalam penggarapan film ini.

Baginya, jika film sudah masuk layar bioskop, apalagi jaringan besar seperti XXI maka itu adalah pernyataan resmi dari para pembuatnya. 

“Kalau ada di dalam bioskop apalagi sekelas XXI, itu adalah tampilan hasil terakhir. Itu adalah statemen dari pembuat filmnya," bebernya.

"Pembuat film itu maksudnya tidak hanya sutradara, tapi ada produser, penulis skenario, penyandang dananya. Kan mereka yang ada di balik filmnya,” kata Hanung.

Ia menambahkan, publik akan menilai dari hasil akhir yang mereka lihat di layar, tanpa mempertimbangkan proses di balik layar. 

“Ketika film sudah ditayangkan di bioskop maka itu harusnya hasil akhir yang diyakini bisa jadi statement," tuturnya.

Hanung menilai jika kreator dari film tersebut ingin memberikan tampilan sekelas yang dihasilkan, itu sangat menyedihkan.

"Kalau teman-teman merasa bahwa film ini statement kamu, ya itu menyedihkan sekali buat saya karena orang akan menilai dari hasil akhirnya," ungkapnya.

Halaman
12
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan