Senin, 18 Agustus 2025

Cegah Masyarakat Hanya Jadi Pengumpul Data AI, Pakar Minta Pemerintah Turun Tangan 

Dirinya mengatakan regulator dan inovator harus duduk bersama agar masyarakat siap untuk menyambut era AI. 

HO/Ist
MASA DEPAN AI - Komunitas Teknologi Informasi CITCOM dan BINUS University menggelar diskusi yang membahas peran dan masa depan Artificial Intelligence (AI) dan bisnis digital. Acara ini dilangsungkan di kampus Binus University, Dago Pakar, Bandung (21/4/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Citcom Connext 2025 Jimmy Yogaswara meminta Pemerintah untuk memberikan perhatian terhadap perkembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Dirinya mengatakan regulator dan inovator harus duduk bersama agar masyarakat siap untuk menyambut era AI. 

"Selama ini kita menjadi invisible labour yang mensuplai berbagai konten dan materi yang menjadi bahan mengembangkan Artificial Intelligence. Kita memproduksi namun tidak mendapatkan imbal balik," ujar Jimmy melalui keterangan tertulis, Senin (21/4/2025).

"Hal ini harus dibicarakan bersama antara regulator dan juga inovator (pengembang AI) untuk membicarakan timbal balik yang harus didapatkan masyarakat ketika mereka menjadi kontributor pengembang Artificial Intelligence. Para kontributor pengembang AI sudah menerima bayaran. Sedangkan di Indonesia hal tersebut belum diterapkan," tambahnya. 

Hal tersebut diungkapkan oleh Jimmy dalam acara yang diselenggarakan Komunitas Teknologi Informasi CITCOM dan Binus University di Bandung, Jawa Barat. 

Adapun menurut Jimmy, sektor-sektor di mana masyarakat dapat menggunakan AI secara efektif adalah di sales dan marketing, jasa finansial dan industri kreatif.

"Manusia hanya butuh lebih kritis dan lebih kreatif untuk memperoleh manfaat dari keberadaan AI," kata Jimmy.

Sementara itu, dosen Manajemen Bisnis Binus University, Dr. Peri Akbar Manaf, menyatakan koten-konten yang diunggah oleh masyarakat bawah dijadikan komoditas. 

Dirinya mengajak seluruh masyarakat agar tidak hanya menjadi komoditas namun juga mengambil keuntungan dari perkembangan Artificial Intelligence. 

"History behaviour konsumsi kita dijadikan referensi oleh ekosistem market digital. Apabila mereka dapat mengenali kita maka kita dapat memanfaatkan data tersebut untuk kepentingan kita mencari pasar yang sesuai apabila kita ingin terjun di dalam ekosistem bisnis yang sudah ada," kata Peri. 

Sementara itu, CEO sekaligus Founder WIT Indonesia Irfan Arfandi mengatakan bahwa penting bagi masyarakat memanfaatkan Artificial Intelligence (AI) untuk aktifitas yang bersifat task force atau mengerjakan tugas-tugas agar mempermudah pekerjaan kita. 

Dirinya menekankan bahwa manusia tetap harus menjadi decision maker atau pembuat keputusan terlepas dari saran-saran atau hasil analisa yang dihasilkan AI.

“Kita harus menggunakan AI untuk aktivitas yang bersifat task force untuk mempermudah pekerjaan. Namun, hal-hal yang bersifat problems, kita harus mengambil keputusan sendiri jangan sampai AI yang mengambil keputusan" kata Irfan. 

Seperti diketahui, diskusi ini merupakan acara pendahulu sebelum diselenggarakannya CITCOM CONNEXT 2025. 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan