Kamis, 9 Oktober 2025
Tujuan Terkait

Dunia Usaha, Pemerintah dan PBB Berperan Penting Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Leonardo Teguh Sambodo menegaskan bahwa keberlanjutan adalah kunci bagi masa depan Indonesia.

shutterstock
ILUSTRASI PEMBANGUNAN - Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas, Leonardo Teguh Sambodo menegaskan bahwa keberlanjutan adalah kunci bagi masa depan Indonesia. Delapan puluh tahun Indonesia kata dia adalah momentum refleksi sekaligus proyeksi. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Tahun 2025 menjadi momentum bersejarah dengan bertemunya tiga peringatan penting dunia dan bangsa yakni 80 tahun kemerdekaan Indonesia, 80 tahun berdirinya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan 25 tahun peluncuran United Nations Global Compact (UN Global Compact).

Presiden Indonesia Global Compact Network(IGCN) Y.W. Junardy menyebut tahun 2025 merupakan panggilan untuk memperkuat kemitraan lintas sektor dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap langkah bisnis.

Baca juga: Jabat Komite Eksekutif Papua, Wamendagri Ribka Tegaskan Komitmen Kawal Pembangunan Terpadu

“Tahun 2025 bukan sekadar penanda sejarah, tetapi panggilan untuk bergerak dan bertindak bersama. Dunia usaha, pemerintah dan PBB memiliki peran penting dalam membentuk masa depan yang berkelanjutan dan inklusif. Melalui UN Global Compact Network Indonesia, kami mengajak perusahaan untuk menanamkan nilai kemanusiaan, lingkungan, dan integritas dalam setiap langkahnya, agar bisnis tidak hanya tumbuh, tetapi juga memberi dampak nyata bagi manusia dan alam," ujarnya, Kamis (9/10/2025).

Sementara itu Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas, Leonardo Teguh Sambodo menegaskan bahwa keberlanjutan adalah kunci bagi masa depan Indonesia.

Delapan puluh tahun Indonesia kata dia adalah momentum refleksi sekaligus proyeksi. "Saat ada tantangan global, kita memilih jalur pembangunan yang berkelanjutan dengan SDGs menjadi kompas arah pembangunan, dan kita mendorong perwujudan green economy dan circular economy menjadi mesinnya. Namun kompas dan mesin hanya bermakna jika dijalankan bersama: pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat harus seiring," kata Leonardo.

Kemitraan dengan UN Global Compact Network Indonesia lanjutnya membuktikan bahwa keberhasilan bisnis dan kemajuan bangsa dapat saling menguatkan. "Inilah cara kita menapaki Indonesia Emas 2045 masa depan yang lebih adil, inklusif, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang," kata dia.

Gita Sabharwal, UN Resident Coordinator in Indonesia, menekankan pentingnya solidaritas global dan kemitraan publik swasta. “Waktu untuk perubahan bertahap telah berlalu. Kini saatnya kita bertindak berani dan berinvestasi dengan bijak untuk menjadikan keberlanjutan sebagai keunggulan strategis bagi sektor swasta Indonesia dan masyarakatnya. PBB berkomitmen mendukung IGCN melalui mobilisasi pembiayaan inovatif, seperti corporate SDG bonds, blue bonds, dan green sukuk, agar investasi berkelanjutan dapat memperkuat pembangunan nasional sekaligus kinerja bisnis," ujarnya.

Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Arif Havas Oegroseno jug menyampaikan pandangannya mengenai peran diplomasi ekonomi dan investasi berkelanjutan dalam memperkuat posisi Indonesia di kancah global.

"Bicara tentang climate change, tidak bisa lepas dari yang namanya financing. Itu berlaku berbagai di forum apapun di dunia," ujarnya menegaskan tentang urgensi diplomasi ekonomi dalam mengatasi climate change dan menjaga keberlanjutan.

Indonesia, lanjut Havas, sudah membuat asesmen tentang kebutuhan finance untuk mitigasi climate change dan imbasnya terhadap lingkungan. Proyeksi dotal dana yang dibutuhkan mencapai US$28 billion atau ekuivalen Rp3.500 triliun.

Baca juga: Wamensos Agus Jabo Minta Pemda Pro Aktif dalam Akselerasi Pembangunan Sekolah Rakyat Permanen

"Berapa APBN sanggup? 15 persen. Sisanya? Ya kita berusaha mencari dari sumber-sumber dana lainnya termasuk dana multilateral, private sector funding, loan, donor dan lainnya," ucap Havas.

"What Indonesia can do is leading by example, dalam elemen-elemen financing dan efisiensi. Indonesia terus aktif secara kreatif, engaging sector-sector untuk mencari kemungkinan-kemungkinan lainnya terkait ecofinancing," ujar Havas.

Prof. Dr. dr. Yuda Turana, Rektor UNIKA Atma Jaya dan Anggota Dewan Penasihat IGCN, juga menekankan peran strategis akademisi dalam menanamkan nilai keberlanjutan di dunia pendidikan dan kehidupan masyarakat.

“Sebagai institusi pendidikan, kami percaya bahwa membangun masa depan berkelanjutan dimulai dari membentuk karakter dan kesadaran generasi muda terhadap nilai-nilai kemanusiaan, lingkungan, dan integritas. Kolaborasi antara akademisi, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kunci untuk memastikan ilmu pengetahuan tidak berhenti di ruang kelas, tetapi diterjemahkan menjadi aksi nyata bagi keberlanjutan," ujarnya.

 

 

 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved