Rabu, 13 Agustus 2025

KORIKA Dukung Pengembangan Teknologi Copilot Berbasis AI di Indonesia

KORIKA mendukung upaya sektor industri terus mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengefisiensikan proses bisnis

|
dok.
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI AI - Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial Indonesia (KORIKA) Prof DR Hammam Riza (paling kiri) di acara pembukan kantor TP Indonesia di Jakarta. KORIKA mendukung sektor industri di Indonesia terus mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengefisiensikan proses bisnis di sektor industri. 

 

Hasiolan EP/Tribunnews.com  

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial Indonesia (KORIKA) menyatakan mendukung upaya sektor industri terus mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengefisiensikan proses bisnis di Indonesia.

Ketua Umum KORIKA Prof. Dr. Hammam Riza mengatakan, keunggulan kompetitif bisnis—terutama sektor pelayanan publik—akan sangat ditentukan oleh kemampuan mengadopsi dan mengembangkan AI.

Upaya tersebut bisa ditempuh secara kolaboratif, inovatif dan berdampak nyata ke masyarakat.
Dia menilai hadirnya Persona AI menjadi momentum baik untuk pencerahan pengembangan AI di Indonesia. 

“Ini bukan hanya tentang efisiensi, tapi juga soal positioning Indonesia dalam adopsi teknologi masa depan,” tegas Hammam Riza. Hal tersebut juga mengacu pada Strategi Nasional AI di rentang 2020–2045.

Untuk diketahui, Persona AI merupakan teknologi copilot cerdas berbasis AI yang dikembangkan oleh Teleperformance (Indonesia (TP). 

Teknologi tersebut dirancang khusus untuk mendampingi agen layanan pelanggan dalam menghadirkan pengalaman interaksi yang lebih cepat, akurat dan empatik.

"Ini bukan sekadar AI, tetapi manusia yang dibekali dengan AI,” ujar Michael Wullur, CEO TP Indonesia. Dia menjelaskan, Persona AI dirancang untuk membantu agen merespons dengan lebih cerdas, cepat, dan penuh makna.

"Ini bukan eksperimen, ini investasi nyata," ujarnya di sela acara peresmian kantor TP di Jakarta, baru-baru ini. Di CX Lab Indonesia di Jakarta, para mitra TP dapat mencoba langsung teknologi otomatisasi layanan dan kecerdasan analitik. 

Jonathan Phang, Executive Vice President dan Chief Technology Officer (CTO) TP Asia Pacific memaparkan, Persona AI dikembangkan multilingual dengan kemampuan menyampaikan pesan dalam gaya bahasa yang disesuaikan.

Baca juga: Perusahaan China Patenkan Teknologi AI yang Bisa Terjemahkan Bahasa Kucing

“Dengan teknologi ini, agen bisa berkomunikasi secara santai, dan sistem akan mengubahnya menjadi pesan profesional yang sesuai dengan karakter klien,” kata dia.

Fitur ini pertama kali digunakan perusahaan otomotif mewah di Malaysia dan kini menjadi standar layanan TP,” imbuhnya.

Persona AI mengintegrasikan efisiensi teknologi dengan sentuhan empati khas manusia.

Teknologi ini juga mendukung fungsi internal seperti pelatihan, HR, hingga analisis operasional—mewujudkan lingkungan kerja yang cerdas dan kolaboratif.

Teknologi AI Efisiensikan Pekerjaaan

Dalam skala luas, teknologi kecerdasan buatan (AI) semakin banyak digunakan di berbagai sektor untuk meningkatkan efisiensi kerja. 

Menurut data IBM, seperti dikutip Kontan, hanya 15 persen perusahaan di Indonesia yang menganggap AI sebagai elemen kunci dalam mencapai tujuan strategis.

Mayoritas perusahaan masih melihat AI sebagai faktor pendukung bisnis, bukan sebagai bagian utama dalam transformasi digital mereka.  

Presiden Direktur IBM Indonesia Roy Kosasih mengatakan, masih ada sejumlah tantangan yang menghambat adopsi AI di kalangan perusahaan Indonesia.

Baca juga: Arab Saudi Modernisasi Ibadah Haji dengan Teknologi AI dan Aplikasi Digital, Apa Saja Inovasinya?

Menurut Roy, salah satu kendala utama adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keahlian dalam mengembangkan dan mengoperasikan teknologi AI.  

“Saat saya berbicara dengan CEO beberapa perusahaan, termasuk perusahaan besar dari swasta maupun BUMN, mereka sering kali bertanya apakah mereka memiliki orang-orang yang mampu menjalankan teknologi AI ini,” ujar Roy di Jakarta, Rabu (12/3/2025).

Menurut Roy, implementasi AI tidak hanya sebatas mengadopsi teknologi yang sudah ada, tetapi juga membutuhkan pengembangan lebih lanjut agar bisa disesuaikan dengan kebutuhan spesifik perusahaan.  

Selain tantangan SDM, biaya penerapan, pemeliharaan, dan pengembangan AI juga menjadi faktor yang menghambat adopsi.

Teknologi AI generatif membutuhkan investasi dalam infrastruktur, perangkat lunak, serta konektivitas dengan teknologi cloud untuk memastikan operasional yang lebih efektif.  

“Kendala lainnya adalah soal harga dan bagaimana mengembangkan AI dalam skala yang lebih luas, termasuk ke tahap hybrid multi-cloud,” ungkap Roy.  

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan