Kebutuhan Data Center Disebut Meningkat di Era Edge Computing, Apa Itu?
Pertumbuhan pesat teknologi, ditandai dengan kecerdasan buatan (AI), konektivitas 5G, dan Internet of Things (IoT).
Penulis:
Dennis Destryawan
Editor:
Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kebutuhan data center meningkat di engah era edge computing, pemrosesan data secara real-time dan mengurangi ketergantungan pada koneksi cloud yang lambat dan mahal.
Data center merupakan fasilitas fisik yang digunakan untuk menyimpan dan mengelola infrastruktur TI penting, seperti server, penyimpanan data, dan perangkat jaringan—yang mendukung aplikasi digital dan layanan online.
Sedangkan Edge computing adalah model komputasi terdistribusi yang memungkinkan pemrosesan data dilakukan lebih dekat ke sumbernya, seperti perangkat IoT, sensor, atau kamera—daripada mengirim semua data ke pusat cloud atau data center yang jauh.
Baca juga: AI Berpotensi Mentransformasi Praktik Dermatologi, Kurikulum Harus Sesuai Kemajuan Teknologi
Adapun pertumbuhan pesat teknologi, ditandai dengan kecerdasan buatan (AI), konektivitas 5G, dan Internet of Things (IoT), kebutuhan akan pusat data (data center) yang fleksibel dan hemat energi makin mendesak.
Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan bahwa infrastruktur digital mampu menjangkau seluruh wilayah, mulai dari pusat kota hingga daerah terpencil.
Product Manager PT Graha Sumber Prima Elektronik (GSPE), Erwin Liga menekankan pentingnya, inovasi menjawab tantangan tersebut.
Perusahaan penyedia komponen power supply untuk sektor telekomunikasi Indonesia tersebut, menurutnya, memiliki containerized mini data centers, hot & cold containment systems, dan micro & edge data centers.
"Bisa menjadi game-changer untuk transformasi digital Indonesia," ujarnya, dikutip Kamis (7/8/2025).
Erwin menegaskan, setiap inovasi lahir dari prinsip bahwa teknologi harus mempermudah hidup manusia.
"Di tengah tren global seperti AI reshaping data centers dan dorongan keberlanjutan, inovasi ini adalah bentuk nyata komitmen GSPE untuk Indonesia yang lebih hijau dan terhubung," tambahnya.
Containerized mini data ceters, menurutnya, cocok untuk sektor energi, telekomunikasi, maupun tanggap bencana, data center tersebut dapat diimplementasikan hanya dalam hitungan hari.
Hot & cold containment systems, bisa mengoptimalkan aliran udara dan mengurangi konsumsi daya secara signifikan. Sedangkan, micro & edge data centers cocok untuk sektor manufaktur, pertambangan, maupun daerah-daerah remote. Desain modularnya mendukung transformasi digital hingga pelosok negeri.
"GSPE sendiri akan berpartisipasi dalam ajang Digital Transformation Indonesia Conference & Expo (DTI-CX) 2025 pada 6–7 Agustus 2025 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan," sambungnya.
OJK Terima 39.108 Laporan Penipuan Jual Beli Online: Tergiur Harga Murah |
![]() |
---|
Kurikulum AI Perlu Segera Diterapkan di Sekolah |
![]() |
---|
Teknologi AI dan Satelit Diterapkan untuk Genjot Produksi Pertanian Indonesia |
![]() |
---|
5 Cara Kreatif Memanfaatkan Teknologi untuk Memonetisasi Konten Anda |
![]() |
---|
Teknologi Telematics Mudahkan PO Primajasa Memonitor Perilaku Sopir dan Jadwal Servis Berkala |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.