Tribunners / Citizen Journalism
“Rumah Kita” Dari Ian Antono untuk Prabowo
Kita pun beranjak menuju kantin Kompas Gramedia yang letaknya di belakang BBJ
Editor:
Toni Bramantoro
Oleh: Alex Palit
“Yuk kita cari makan,” ajak Ian Antono usai melihat persiapan panggung untuk acara penggalangan dana untuk korban bencana, “Dari Gitaris Untuk Indonesia,” yang digelar di Bentara Budaya – Jakarta (BBJ), Rabu (12/2/2014) lalu. “Kita cari makan aja di kantin Kompas Gramedia,” usul saya, yang disetujui gitaris God Bless.
Kita pun beranjak menuju kantin Kompas Gramedia yang letaknya di belakang BBJ, ditemani pula oleh Marcel Hartawan mantan fotografer tabloid Citra salah seorang pendiri Kabarkabari yang kini mengelola Kompas Vision, dan Ati Kamil yang dulu juga wartawati tabloid Citra yang kini ngendon di Kompas.com. Dulunya ketika masih bekerja jadi wartawan di Persda Kompas (kini beralih nama Tribunnews), saya sering liputan musik bareng mereka berdua.
Ian Antono dan istrinya sempat kaget, bangunan bedeng tabloid Citra dan Persda Kompas yang kini tidak ada lagi menjadi gedung menjulang tinggi Gramedia Pustaka Utama (GPU). Zaman masih gedung bedeng awal tahun 1990-an, gitaris God Bless yang dikenal akrab dengan wartawan musik ini sering mampir ke bedeng.
Begitu sampai kantin, karena perutnya sudah keroncongan Ian Antono langsung pesan makanan ditemani istrinya, Titik Saelan. Sementara aku, Marcel dan Ati Kamil hanya pesan minum. Dan serentak semua pesan minumnya teh botol. Dan aku pun teringat tulisanku di Tribunnews yang judulnya mirip iklan produk minuman ini, “Siapa pun Capres dan Cawapresnya, Prabowo Capresnya.”
Lagi-lagi di kantin Kompas Gramedia, saya diberondong pertanyaan “Kenapa Harus Prabowo”. Kali ini oleh dua eks wartawan tabloid Citra. Bukan tidak mungkin pertanyaan ini memang sempat mengusik mereka, tak terkecuali Ian Antono dan istrinya, melihat saya kok tiba-tiba keblusuk lebih banyak nulis politik, ketimbang musik.
Maklumlah mereka mungkin nggak abis pikir, bagaimana saya dulu yang wartawan musik seratus persen sekarang keblusuk ke politik. Termasuk bagaimana saya sampai bisa ngobrol panjang lebar mewawancari mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad. Itu yang mungkin membuat mereka penasaran juga. Jangankan mereka, saya sendiri sempat bingung setiap ditanya soal itu. Tapi inilah pilihan.
Mungkin sudah kehabisan pertanyaan seputar “Kenapa Harus Prabowo”, tiba-tiba Marcel menyeletuk secara spontan mengusulkan bagaimana kalau lagu “Rumah Kita” ciptaan Ian Antono ini dijadikan theme song kampanyenya Prabowo. Jadi nantinya “Rumah Kita” Indonesia Raya, sambung fotografer yang kini menangani Kompas Vision, sambil menatap Ian Antono, apa jawabannya.
Mendengar usulan ini, musisi dan pencipta lagu yang dikenal sebagai aranjer mumpuni yang banyak terlibat menggarap proyek lagu bertemakan kemanusiaan seperti “Katakan Kita Rasakan”, “Bunga Kehidupan” dan “Di Bawah Tiang Bendera” yang bekolaborasi dengan Franky Sahilatua dan Iwan Fals ini sempat kaget juga. “Bagus juga sih lagu ini dijadikan theme song, apalagi lagu “Rumah Kita” sudah memasyarakat,” timpah pencipta lagu “Rumah Kita” dengan ekspresi wajah serius.
Sebagaimana diketahui bahwa lagu dari album “Semut Hitam” milik God Bless ini sering dijadikan sebagai lagu pamungkas event musik bertema pembangkit rasa persaudaraan. Termasuk saat digelar acara penggalangan dana untuk korban bencana “Dari Gitaris Untuk Indonesia”, lagu inipun menjadi lagu pamungkas di event tersebut..
Saat itu saya pun teringat lagu ciptaan Franky Sahilatua berjudul “Pancasila Rumah Kita”. Wah berarti bukan cuma “Pancasila Rumah Kita”, juga perlu ada bahwa “Rumah Kita Indonesia Raya” dengan tema tersebut, judul lagunya pun sangat bagus dan indah.
Dari obrolan santai dan spontanitas ini tercuat ide menarik bagaimana seandainya lagu “Rumah Kita” yang liriknya sangat indah dan sederhana pas untuk segala situasi ini menjadi theme song penggugah spirit kebangsaan bahwa “Rumah Kita Indonesia Raya”.
Terlepas dari kepentingan politik jelang Pilpres 2014, celetukan spontanitas dari obrolan di kantin Kompas Gramedia, adalah saatnya bagi kita untuk merenungkan kembali spirit bahwa “Rumah Kita Indonesia Raya”. Tinggal diomongin aja, barangkali bisa ketemu dan nyambung untuk menyatukan visi dan spirit tersebut, karena pada intinya musik dan politik itu adalah pernyataan sikap. Semoga!
* Alex Palit, citizen jurnalis “Jaringan Pewarta Independen”, penulis lirik lagu, pendiri Forum Apresiasi Musik Indonesia (Formasi)
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.