Selasa, 2 September 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Ironi Nadiem Makarim, CEO Ojol Memimpin Pendidikan, Semakin Amburadul!

Kebijakan Nadiem dituding mencekik hidup anak-anak sekolah dari keluarga yang tidak mampu, serta menjerumuskan mereka ke jurang depresi dan trauma.

Editor: Husein Sanusi
Dok. Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Menteri Pendidikan Nadiem Makarim 

Dan kesadaran yang baru tumbuh beberapa bulan kemarin menunjukkan dirinya tidak punya persiapan apapun untuk memulai sebuah proses, dan kriterianya pun tidak efektif. Bagai pepatah, menyelam sambil minum air.

Bruce R. Joyce menganjurkan "renovation" dan "redseign", seperti pengembangan staff, penyelidikan misi sekolah, mempelajari kesiapan teknologi, dan membuat rencana jangka panjang.

Bagaimana mungkin kita dapat menyebut Bos Ojol ini memiliki rencana jangka panjang dan mengerti lingkungan sekolah, sementara dirinya baru blak-blakan mengeluh mengalami kesulitan dan terkejut melihat ketiadaan saluran listrik dan jaringan internet di sejumlah daerah pedalaman?!.

Selain daripada itu, publik sudah terlanjur percaya bahwa Nadiem adalah sosok yang ahli IT, karena mampu membuat terobosan dengan aplikasi Gojeknya, karena itu, saat Pandemi ini harusnya pembuktian keahliannya itu, dengan membangun terobosan pembelajaran daring yang aplikatif dan mudah bagi dunia pendidikan. Kenyataannya sampai hari ini, nyaris dia tidak mampu berbuat apa-apa.

Sesekali, jika ia tampil ke publik hanya sekedar memberi arahan untuk belajar secara daring, yang mirip pengamat, tapi tidak memberikan solusi dan panduan bagaimana caranya, aplikasi apa yang digunakan dan seterusnya, setidaknya yang menyerupai aplikasi ruang guru.

Jadi tak mengherankan, jika publik saat ini mulai ragu akan kapasitasnya, bahkan khawatir, masuknya Nadiem ke kabinet hanya sebagai pion dari kepentingan para oligarki.

Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih banyak kepada Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani, yang telah mewakili suara hati kami, kelompok masyarakat yang tidak punya kekuasaan politik, selain menggerutu di jalanan tanpa ada kepastian didengar politisi dan pejabat tinggi. Kepemimpinan Nadiem Makarim di Kemendikbud bukan saja ironi era ke-2 Presiden Jokowi melainkan tragedi pahit yang mesti ditelan mentah-mentah. Wallahu a’lam bis shawab.

*Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan