Rabu, 13 Agustus 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Tragedi Rafah Tunjukkan Matinya Semua Perangkat Hukum Internasional di Jalur Gaza

Sekurangnya 45 orang tewas akibat pengeboman membabibuta yang membakar kamp pengungsi di dekat perbatasan Mesir-Jalur Gaza, Senin (27/5/2024).

anadolu
Israel membom tenda pengungsi Palestina di Tal al-Sultan di Rafah, membunuh puluhan orang, sebagian besar wanita dan anak-anak yang dilaporkan terbakar hidup-hidup. 

Tapi ini sangat menarik karena akan diuji apakah Washington benar-benar bisa mengendalikan Israel atau tidak.

Jawaban sementaranya, ternyata Gedung Putih pun tidak sanggup mengontrol Israel. Joe Biden dan elite Washington ternyata tidak memiliki garis merah itu.

Kemarahan elite Eropa atas insiden ini, seperti ditunjukkan Presiden Prancis Emmanuel Macron, juga tak banyak artinya.

Sikap mereka yang hipokrit, menjadikan setiap insiden kemanusiaan di Palestina tampak seperti kosmetik saja bagi mereka.

Tampak peduli dan manis terhadap penderitaan Palestina, tapi tetap mengalirkan dukungan politik, bahkan dana dan senjata untuk rezim Tel Aviv.

Ini persoalan mendasar bagi banyak pemimpin dan negara di Eropa, AS, dan juga kawasan lain dalam konteks konflik Israel-Palestina.

Dari sekian realitas global, Iran lah satu-satunya negara dan kekuatan di dunia yang menunjukkan perlawanan terbukanya terhadap Israel.

Baik langsung, seperti ditunjukkan saat Iran menggempur Israel menggunakan rudal balistik dan drone, atau tak langsung lewat elemen-elemen pro-Iran di Suriah, Irak, Lebanon, dan Yaman.

Turki, yang pemimpinnya gembar-gembor membela Palestina, tidak mampu melakukan seperti yang dikerjakan Iran.

Tayyip Erdogan tersandera ambivalensi Turki, yang menjaga hubungan diplomatiknya dengan Israel, tapi berusaha jadi pembela Palestina dari dunia Arab dan Asia.

Dalam pernyataanya, Tayyip Erdogan bersumpah Ankara akan melakukan segala daya untuk memastikan “orang barbar” yang melakukan serangan terhadap Rafah diadili.

Erdogan kembali membandingkan PM Benjamin Netanyahu dengan Adolf Hitler, mengklaim orang itu “meniru” diktator Nazi Jerman.

Netanyahu dan jaringan pembunuhnya menurut Erdogan, mencoba memperluas cengkeraman mereka pada kekuasaan dengan membantai orang-orang Palestina karena gagal mengalahkan perlawanan Palestina.

Pemimpin Turki tersebut mengklaim Israel telah menunjukkan dirinya sebagai negara teror dengan menyerang kamp pengungsi Palestina.

Tapi Erdogan sejauh ini ya hanya berhenti di retorika belaka. Turki masih menikmati transaksi ekonomi yang besar dengan Israel.

Halaman
1234

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan