Sabtu, 4 Oktober 2025

Blog Tribunners

Dr. Winra Pratita Ingatkan Media Sosial Bukan Sumber Utama Informasi Gizi Anak

Dr. Winra Pratita, Sp.A, M.Ked(Ped) mengingatkan bahwa terlalu bergantung pada media sosial bisa membawa dampak negatif.

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Glery Lazuardi
HandOut/IST
ANAK SEKOLAH - Dr. Winra Pratita, Sp.A, M.Ked(Ped) dari IDAI mengingatkan pentingnya menyaring informasi parenting dan gizi anak di media sosial agar orang tua tak salah langkah dalam merawat buah hati. 

TRIBUNNEWS.COM - 

dr. Winra Pratita, Sp.A(K), M.Ked(Ped) adalah seorang dokter spesialis anak yang juga merupakan konsultan di bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 

Berikut profil lengkapnya:

Profesional dan Pendidikan

Spesialisasi: Anak, Nutrisi & Penyakit Metabolik

Pendidikan: Universitas Sumatera Utara (Spesialis Anak)

Jabatan Akademik: Lektor di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Tempat Praktik: Columbia Asia Hospital Medan dan RSUP H. Adam Malik

Peran dan Kontribusi

Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)

Aktif dalam penyuluhan dan edukasi terkait MPASI, stunting, dan pemenuhan gizi anak

Menekankan pentingnya protein hewani dalam program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita dan ibu hamil

dr. Winra dikenal sebagai sosok yang vokal dalam isu gizi anak dan pencegahan stunting di Indonesia. 

Dr. Winra Pratita Ingatkan Media Sosial Bukan Sumber Utama Informasi Gizi Anak

Di era media sosial seperti sekarang, informasi parenting dan gizi anak mudah sekali berseliweran di layar gawai. 

Mulai dari Instagram, Facebook, hingga forum-forum daring menjadi rujukan banyak orang tua muda untuk merawat buah hatinya. 

Namun, di balik kemudahan ini, ada risiko besar jika informasi yang diterima tidak disaring dengan benar.

Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. Winra Pratita, Sp.A, M.Ked(Ped) mengingatkan bahwa terlalu bergantung pada media sosial bisa membawa dampak negatif.

"Kadang-kadang ibu-ibu pun kadang mengalami tekanan nih kenapa? karena merasa apakah yang diberikannya pada anak sudah sesuai gak ya kok beda nih sama pengalaman ibu-ibu yang ada di Instagram atau di sosial media lain," jelas Dr. Winra dalam webinar, Selasa (12/8/2025). 

Fenomena ini kerap membuat orang tua cemas, bahkan meragukan pilihan mereka sendiri dalam memberikan makanan pendamping ASI (MPASI).

*Bubur MPASI Komersial Tak Selalu Buruk*

Salah satu topik yang sering viral adalah kekhawatiran memberi bubur MPASI kemasan pabrikan. 

Banyak yang mengira produk ini penuh bahan pengawet berbahaya atau gula tambahan.

Padahal, kata Dr. Winra, bubur kemasan komersial yang memenuhi standar BPOM justru sudah teruji aman, higienis, dan memenuhi kebutuhan nutrisi makro yang difortifikasi sesuai standar Codex internasional.

"Kalau misalnya sudah ada label badan pom berarti itu sudah diteliti, sudah dikeluarkan peraturannya bahwa sesuai dengan standar kodeks internasional untuk makanan bayi yang aman, higienis, dan adekuat," tegasnya.

Dibanding buatan sendiri, MPASI pabrikan memang memiliki kelebihan: praktis, tidak memerlukan banyak peralatan, dan variasinya tetap terjaga. 

Sementara MPASI buatan rumah menawarkan fleksibilitas rasa dan bahan segar, tetapi membutuhkan waktu, tenaga, dan keterampilan memasak yang lebih.

*Salah Kaprah soal Alergi Protein Susu Sapi

Isu lain yang kerap menyesatkan adalah soal alergi protein susu sapi. Banyak orang tua menghindari daging sapi sama sekali jika anaknya terdiagnosis alergi protein susu sapi.

Padahal, jelas Dr. Winra, alergi protein susu sapi bukan berarti alergi pada daging sapi.

"Bayi yang alergi protein susu sapi tidak boleh diberikan makanan-makanan yang mengandung produk-produk turunan susu sapi seperti keju, yoghurt ataupun butter," ujarnya.

Mengenalkan sumber protein hewani pun sebaiknya dilakukan satu per satu untuk memantau reaksi alergi yang mungkin muncul.

Dr. Winra menekankan pentingnya mencari referensi dari sumber tepercaya, seperti dokter anak, IDAI, atau lembaga kesehatan resmi. Media sosial bisa menjadi pelengkap, tetapi bukan patokan utama.

Dengan informasi yang benar, orang tua tidak hanya terhindar dari kesalahan pola makan anak, tetapi juga lebih percaya diri dalam mengasuh generasi masa depan.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved