Tribunners / Citizen Journalism
Menggali Pondasi Diri: Harga Diri Remaja dalam Kacamata Clemes, Bean, dan Clark
Empat pilar harga diri remaja—keterhubungan, keunikan, kekuatan, dan keteladanan—jadi kunci membangun karakter dan kepercayaan diri.
Remaja yang diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif, memecahkan masalah tanpa intervensi berlebihan, dan merasakan langsung hasil dari usaha mereka—baik itu keberhasilan atau kegagalan—akan secara otomatis membangun kepercayaan diri yang mendalam.
Lebih lanjut tentang Kekuatan, Clemes, Bean, dan Clark menyoroti bahwa kegagalan adalah bagian esensial dari pembelajaran. Kegagalan yang dihadapi dengan dukungan dan bimbingan akan mengajarkan kemampuan bertahan (resilience), yang merupakan inti dari kekuatan psikologis sejati. Dengan memberdayakan remaja untuk menghadapi tantangan dan menanggung konsekuensi alami dari tindakan mereka, kita mengajarkan bahwa mereka adalah agen aktif dalam hidup mereka, bukan korban pasif dari keadaan.
Keempat, keteladanan (models). Kondisi keempat, keteladanan, menekankan vitalnya nilai dan standar moral yang jelas yang berfungsi sebagai panduan hidup. Remaja membutuhkan model perilaku positif—yaitu, orang dewasa atau teman sebaya yang menunjukkan integritas, tanggung jawab pribadi, dan menetapkan batasan yang sehat dalam kehidupan mereka. Teladan yang baik sangat diperlukan untuk membantu remaja memahami perbedaan fundamental antara benar dan salah, menetapkan tujuan yang etis, dan mengembangkan rasa disiplin diri yang esensial.
Tanpa adanya pedoman moral atau etika yang kuat, harga diri remaja cenderung menjadi goyah dan tidak stabil. Mereka akan mudah terombang-ambing dan dipengaruhi oleh tren sesaat, tekanan negatif dari kelompok, atau nilai-nilai yang dangkal. Keteladanan memberikan jangkar moral yang memungkinkan remaja membuat keputusan yang selaras dengan nilai-nilai luhur, memastikan bahwa kepuasan diri mereka didasarkan pada karakter, bukan hanya popularitas.
Pada akhirnya, harga diri remaja sehat, sesuai pandangan Clemes, Bean, dan Clark, adalah bukan sekadar perasaan senang yang fluktuatif, tetapi kesadaran mendalam akan nilai intrinsik dan kompetensi diri yang diperoleh dari interaksi nyata.
Model empat pilar ini mengingatkan kita bahwa membangun harga diri merupakan proyek pembangunan karakter yang membutuhkan empat bahan utama yang saling terkait: cinta yang mengikat (keterhubungan), pengakuan yang menguatkan (keunikan), tanggung jawab yang memberdayakan (kekuatan), dan panduan yang mencerahkan (keteladanan).
Dengan secara proaktif dan konsisten memenuhi kebutuhan mendasar ini, kita tidak hanya membantu remaja bertahan hidup melalui badai masa muda, tetapi juga memungkinkan mereka untuk berkembang menjadi individu dewasa yang percaya diri, tangguh, beretika, dan siap mengambil peran sebagai anggota masyarakat yang berharga.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Veteran Bandung Berbagi Kisah Perjuangan kepada Generasi Muda |
![]() |
---|
BNI Hadirkan Sertifikasi TOEIC untuk Guru NTB, Perkuat Mutu Pendidikan dan Karakter Anak |
![]() |
---|
Sosok RH, Remaja Bacok Bocah MA hingga Tewas di Kolaka Timur, Ngaku Sakit Hati Sering Diejek Korban |
![]() |
---|
Tekanan Sosial, Perundungan, hingga Media Digital Perparah Krisis Mental Remaja |
![]() |
---|
1 dari 7 Remaja di Dunia Alami Gangguan Mental, WHO Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.