Minggu, 2 November 2025

Tribunners / Citizen Journalism

Pahlawan daripada Soeharto

Soeharto nyaris dapat dipastikan akan menjadi salah satu Pahlawan Nasional dari 40 tokoh yang tahun ini diusulkan pemerintah.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-inlihat foto Pahlawan daripada Soeharto
TRIBUNNEWS.COM/BIAN HARNANSA
PAHLAWAN NASIONAL - Mantan Presiden Almarhum Soeharto kini diusulkan jadi Pahlawan Nasional. /Foto.dok

Oleh: Karyudi Sutajah Putra
Analis Politik Konsultan & Survei Indonesia (KSI) 

TRIBUNNEWS.COM - Batas kita cuma sebuah cermin.
Dan cermin itu buram waktu gerimis.
Waktu para loyalis "the smiling general" tersenyum tipis.

Ya, Soeharto nyaris dapat dipastikan akan menjadi salah satu Pahlawan Nasional dari 40 tokoh yang tahun ini diusulkan Kementerian Sosial ke Dewan Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan (DTK). 

Menteri Sosial Saifullah Yusuf, dengan dalih merupakan usulan dari daerah-daerah, mengusulkan Presiden ke-2 RI itu sebagai salah satu dari 40 nama calon Pahlawan Nasional kepada Ketua DTK Fadli Zon.

Fadli yang juga Menteri Kebudayaan itu menyatakan, Soeharto memenuhi kriteria sebagai Pahlawan Nasional

Ketua MPR Ahmad Muzani setali tiga uang. Politikus Partai Gerindra ini menyatakan, MPR periode 2019-2024 sudah menyatakan Soeharto "clean" alias bersih dari tuduhan korupsi yang dialamatkan kepada penguasa rezim Orde Baru selama 32 tahun itu. 

BERAS OPLOSAN - Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto memberikan keterangan ke wartawan di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/7/2025). Dia meminta menteri koordinator di pemerintahan Prabowo Subianto turun langsung menangani kasus beras oplosan.
Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto putri dari mantan Presiden Soeharto. (Tribunnews/Chaerul Umam)

Begitu pun Bambang Soesatyo, Ketua MPR 2019-2024 yang juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar. 

Diketahui, MPR periode 2019-2024 mencabut nama Soeharto dari Ketetapan (TAP) MPR Nomor 11 Tahun 1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN).

Muzani kemudian menyerahkan keputusan apakah Soeharto akan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional atau tidak kepada Presiden Prabowo Subianto. 

Prabowo adalah eks menantu mendiang Soeharto yang mempersunting Siti Hediati Harijadi alias Titik Soeharto sebagai istrinya.

Sudah barang tentu Prabowo pun akan menyetujui usulan gelar Pahlawan Nasional buat Soeharto.

Pada 10 November nanti, atau bertepatan dengan Hari Pahlawan Nasional, Soeharto yang semasa hidupnya dikenal sebagai "the smiling general" atau "jenderal yang suka tersenyum" ini akan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.
 
Fadli Zon, selain dikenal sebagai orang dekat Prabowo, juga orang dekat keluarga besar penguasa Orde Baru di ujung kekuasaan Soeharto. Jadi wajar ketika Fadli Zon setuju dengan pemberian gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto

Ahmad Muzani juga dikenal sebagai orang dekat Prabowo setelah puluhan tahun menjadi Sekretaris Jenderal Partai Gerindra yang kini diketuai bekas Komandan Jenderal Kopassus itu. Jadi, seperti Prabowo, Muzani pun sudah barang tentu menyetujui usulan gelar Pahlawan Nasional buat Soeharto

Ironis, memang. Jika nanti Soeharto benar-benar mendapatkan gelar Pahlawan Nasional, maka tak jelas sudah batas antara era Orde Baru dan era Reformasi. Semua campur-aduk.

Tak ada pahlawan dan tak ada pecundang. Batas keduanya sungguh buram.

Padahal, batas antara pahlawan dan pecundang hanyalah setipis kulit bawang. Tergantung dari sudut mana kita memandang. Sudah setipis kulit bawang, buram pula. 

Mestinya ada semacam garis api yang menjadi batas antara era Orde Baru dan era Reformasi.

Ataukah memang era Reformasi sudah berkelindan dengan era Orde Baru? 

Mungkin saja. Jika di era Orde Baru KKN tumbuh subur, dan oleh sebab itu Soeharto ditumbangkan, kini KKN di era Reformasi justru jauh lebih subur. 

Banyak pula sosok-sosok yang dulu eksis di eksekutif dan legislatif di era Orde Baru, kini masih eksis di era Reformasi. Mereka tak malu-malu lagi menyebut diri sebagai bagian dari Orde Baru, bahkan loyalis Soeharto. Tak ada beban moral di sana. 

Dus, jika nanti Soeharto dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional, berarti para mahasiswa yang gugur dalam gerakan Reformasi 1998 untuk menumbangkan rezim Orde Baru adalah pecundang. Benarkah demikian? 

Jika transisi dari Orde Lama ke Orde Baru memakan tumbal 7 Pahlawan Revolusi, maka transisi dari Orde Baru ke era Reformasi memakan tumbal 4 mahasiswa Universitas Trisakti.

Empat mahasiswa Universitas Trisakti, Jakarta, yang meninggal pada peristiwa 12 Mei 1998, yang memicu pendudukan gedung DPR/MPR di Senayan, Jakarta dan kerusuhan di Jakarta dan sejumlah kota di Indonesia pada 13, 14 dan 15 Mei 1998, dan memaksa Soeharto lengser pada 21 Mei 1998, adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie.

Mereka tewas tertembak saat aksi demonstrasi menuntut reformasi.

Mereka belum ditetapkan sebagai Pahlawan Reformasi 1998, merujuk nomenklatur Pahlawan Revolusi 1965, sementara selangkah lagi Soeharto akan menjadi Pahlawan Nasional

Ataukah 4 mahasiswa Universitas Trisakti itu tak akan pernah menjadi pahlawan, karena tak mungkin mereka akan bersanding dengan Soeharto sebagai sesama pahlawan? 

Dia yang tumbang sebagai pecundang akhirnya ditetapkan menjadi pahlawan, semantara yang menang dan meninggal justru menjadi pecundang. Dunia sudah terbolak-balik.

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com

Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved