Tribunners / Citizen Journalism
Seputar Polri
Nyalakan Kembali Api Kejujuran: Transformasi Nilai Juang dan Kepeloporan Komjen Pol. Moehammad Jasin
Tulisan ini bukan sekadar refleksi pribadi, melainkan panggilan nurani seorang Bhayangkara yang telah melihat perjalanan panjang institusi kepolisian.
Oleh:
Komjen Pol (Purn.) Drs. Nanan Soekarna
- Mantan Kepala Divisi Humas Polri
- Ketua Majelis Wali Amanat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Disampaikan pada Sarasehan dan Dialog Kebangsaan HUT Humas Polri ke-74, Jakarta, 30 Oktober 2025.
TRIBUNNEWS.COM - Tulisan ini bukan sekadar refleksi pribadi, melainkan panggilan nurani seorang Bhayangkara yang telah melihat dan merasakan perjalanan panjang institusi kepolisian, dari masa penuh tantangan hingga era transformasi nilai yang tengah kita jalani bersama.
Momentum HUT Humas Polri ke-74 merupakan waktu yang tepat untuk merenungkan kembali esensi pengabdian kita. Bahwa tugas Humas tidak berhenti pada membangun citra, melainkan membangun makna; tidak berhenti pada menyampaikan informasi, melainkan menjaga kejujuran sebagai napas kepercayaan publik.
Sebagai bangsa yang besar karena nilai-nilai perjuangan, kita harus menyadari bahwa kebesaran Polri tidak hanya diukur dari kekuatan struktur dan peralatan, tetapi dari kemurnian niat, ketulusan pengabdian, dan kejujuran dalam setiap tindakan.
Kebangkitan Nilai Bangsa dan Sejarah Kejujuran
Kebangkitan Nasional 1908 bukan sekadar kebangkitan intelektual, tetapi kebangkitan moral bangsa. Para pendiri bangsa membangun kesadaran bahwa bangsa yang besar hanya akan bertahan jika memiliki pondasi kejujuran dan keberanian moral.
Sumpah Pemuda 1928 meneguhkan semangat kejujuran kolektif dalam persatuan. Tidak ada persatuan tanpa kepercayaan, dan tidak ada kepercayaan tanpa kejujuran.
Proklamasi 1945 adalah pernyataan moral: bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa yang diperjuangkan dengan ketulusan, bukan kepentingan pribadi.
“Bangsa yang besar bukan karena jumlah penduduknya, tetapi karena keberaniannya menjaga kejujuran dalam cita-cita.”
Dengan demikian, pembangunan bangsa dan reformasi institusi tidak boleh lepas dari reformasi nilai, terutama nilai kejujuran.
Humas Polri sebagai Penjaga Kepercayaan Publik
Humas Polri memiliki posisi strategis sebagai jembatan antara institusi dan publik. Dalam konteks modern, humas bukan sekadar penyampai pesan, tetapi penjaga nurani organisasi.
Humas harus mampu menjadi ruang dialog, bukan monolog; menjadi sarana pencerahan, bukan pembenaran.
Dalam komunikasi publik, kebenaran tidak boleh dikorbankan atas nama citra.
Karena citra tanpa kejujuran hanyalah bayangan yang cepat hilang, sedangkan kejujuran akan membangun kepercayaan yang abadi.
Tiga fungsi pokok Humas di era digital adalah:
- Humanisasi Informasi — Menyampaikan pesan dengan empati, bukan propaganda. Setiap pernyataan harus mengandung nilai kemanusiaan dan kebenaran.
- Digital Integrity — Di tengah banjir informasi, kecepatan harus diimbangi dengan ketelitian dan tanggung jawab.
- Moral Leadership — Humas harus menjadi teladan etika publik, menjaga kehormatan Polri melalui perilaku komunikatif yang jujur dan beradab.
“Humas Polri bukan alat pembenaran, tetapi jembatan nilai antara Polri dan rakyat.”
Refleksi dan Beban Moral Seorang Mantan Kadiv Humas Polri
Sebagai mantan Kadiv Humas Polri, saya memahami bahwa posisi ini bukan hanya jabatan, tetapi ujian moral yang besar. Setiap kata yang diucapkan membawa konsekuensi moral terhadap kepercayaan publik dan nama baik institusi.
-
Humas sebagai Nurani Institusi
Humas adalah hati dan suara organisasi. Ia menyalurkan denyut nurani institusi kepada publik. Satu kalimat yang tidak jujur dapat menggerogoti kepercayaan bertahun-tahun.
“Kejujuran bukan hanya etika komunikasi, melainkan ibadah profesi.”
2. Beban Moral di Balik Setiap Pernyataan
Ketika berbicara kepada publik, Humas tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi menyampaikan wajah negara.
Kejujuran dalam komunikasi publik berarti menegakkan kehormatan bangsa.
3. Integritas: Warisan yang Tak Boleh Luntur
Era digital menuntut kecepatan, namun kecepatan tanpa integritas akan membawa malapetaka komunikasi.
“Teknologi mempercepat informasi, tapi hanya kejujuran yang memperdalam makna.”
4. Dari Pengalaman ke Keteladanan
Saya belajar, setiap krisis komunikasi di Polri sesungguhnya adalah krisis nilai.
Krisis akan teratasi jika kejujuran dijadikan dasar penjelasan. Publik memaafkan kesalahan yang jujur, tetapi tidak memaafkan kebohongan yang rapi.
5. Amanah untuk Generasi Humas Polri
Saya berpesan:
“Bangunlah kepercayaan dengan kejujuran, bukan pencitraan. Jadilah komunikator yang memuliakan kebenaran, bukan yang memperhalus kebohongan.”
Nilai Spiritual Surat Yasin
Surat Yasin adalah refleksi spiritual yang relevan bagi setiap insan Polri.
Empat nilai utamanya adalah:
- Kejujuran (Ayat 2–3) – Rasul menyampaikan wahyu dengan kebenaran, tanpa manipulasi.
- Amanah (Ayat 12) – Setiap amal dicatat dan dipertanggungjawabkan, menegaskan pentingnya akuntabilitas publik.
- Keadilan (Ayat 36) – Keseimbangan adalah ciri keadilan Ilahi.
- Keteguhan (Ayat 60–61) – Larangan menyembah hawa nafsu adalah pesan moral tertinggi bagi pejabat publik.
Keempat nilai ini harus menjadi prinsip komunikasi Polri — agar setiap informasi yang keluar menjadi bagian dari dakwah nilai, bukan sekadar narasi formal.
Nilai Kepahlawan Komjen Pol. DR. H. Moehammad Jasin
Komjen Jasin adalah figur moral Polri.
Nilai perjuangan beliau mencerminkan kejujuran dan keberanian moral di atas kepentingan pribadi.
Beliau tidak mencari popularitas, tetapi menegakkan integritas.
Nilai kepahlawanan Jasin yang harus dihidupkan kembali meliputi:
- Keberanian moral dan fisik — berani berkata benar meskipun sendirian.
- Kejujuran dan integritas pribadi.
- Kerendahan hati dalam pelayanan.
- Disiplin dan dedikasi total.
- Kepeloporan visioner.
Tribrata dan Hilangnya Kata 'Kejujuran'
Tribrata 1954 memuat kata 'kejujuran', namun dalam versi 2002 kata itu hilang.
Hilangnya satu kata, sebenarnya mencabut akar nilai yang menjadi sumber kepercayaan publik.
Kejujuran bukan sekadar etika, tetapi fondasi eksistensi Polri.
“Satu kata yang hilang, sejuta makna yang pudar.”
Kehilangan kata 'jujur' berarti kehilangan arah moral. Oleh sebab itu, tugas kita adalah mengembalikan kejujuran bukan hanya dalam teks Tribrata, tetapi dalam perilaku nyata setiap anggota Polri.
Pilar Reformasi Polri 2005-2045
Reformasi Polri harus berbasis nilai dan berkelanjutan. Tiga pilar utama yang menjadi arah moral adalah:
- Moral Governance (Values for Value) – Segala keputusan harus berpihak pada nilai, bukan kepentingan.
- Ethical Leadership (Full Commitment No Conspiracy) – Pemimpin harus memegang komitmen tanpa permainan belakang.
- Spiritual Integrity (Integrity Defender) – Integritas sebagai ibadah, bukan strategi.
Grand Strategy Polri 2005–2025 harus menjadi landasan moral bagi Reformasi Polri 2026–2045.
Dari Yasin ke Jasin: Jalan Nilai Polri
Yasin melambangkan iman; Jasin melambangkan keberanian moral. Keduanya menyatu dalam kejujuran.
Kejujuran menghubungkan iman, integritas, dan tanggung jawab.
“Dari iman ke amanah, dari amanah ke kepercayaan.”
Lima Tampilan Kepemimpinan Polri
- Teladan (Exemplary Leadership) – Pemimpin harus menjadi contoh dalam ucapan dan tindakan.
- Melayani (Servant Leadership) – Pemimpin sejati melayani rakyat, bukan dilayani.
- Solutif (Consultant Leadership) – Pemimpin mencari solusi, bukan kambing hitam.
- Pengendali Mutu (Quality Assurance Leadership) – Pemimpin menjaga standar moral.
- Anti-KKN (Integrity Leadership) – Pemimpin tidak boleh berkompromi dengan pelanggaran nilai.
Lima tampilan ini adalah bentuk nyata penerapan kejujuran dalam kepemimpinan Bhayangkara.
Tujuh Budi Utama dalam Keteladanan Bhayangkara
- Kejujuran dan Kepercayaan – dasar moral Bhayangkara.
- Tanggung Jawab – sikap terhadap amanah publik.
- Visioner – kemampuan melihat masa depan dengan nilai.
- Disiplin – konsistensi antara kata dan perbuatan.
- Kerjasama – sinergi dalam keberagaman.
- Keadilan – menegakkan kebenaran tanpa pilih kasih.
- Kepedulian – empati kepada rakyat sebagai dasar kemanusiaan.
Baca juga: Penguatan Pelayanan SPKT Jadi Simbol Transformasi Polri
Menuju Polri Emas 2045
Polri Emas adalah Polri yang bukan hanya kuat secara teknologi, tetapi juga bersinar karena integritasnya.
Humas Polri akan menjadi garda depan dalam membangun kepercayaan dan reputasi berbasis nilai.
Transformasi Polri harus berakar pada nilai spiritual, etika sosial, dan profesionalisme yang jujur.
“Transformasi polisi humanis dimulai dari komunikasi yang jujur dan beradab.”
Penutup
Kejujuran adalah fondasi kepercayaan; tanpa kepercayaan, semua sistem kehilangan legitimasi.
Tugas Humas dan seluruh jajaran Polri bukan hanya menjaga hukum, tetapi menjaga hati rakyat.
Baca juga: Iptu Abu Bakar, Polisi di Bima yang Bangun Pesantren dari Gaji Sendiri Selama 22 Tahun
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email redaksi@tribunnews.com
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Seputar Polri
| Anggota Polsek Petungkriyono dan Warga Gotong Royong Perbaiki Jembatan Utama yang Lapuk |
|---|
| Iptu Abu Bakar, Polisi di Bima yang Bangun Pesantren dari Gaji Sendiri Selama 22 Tahun |
|---|
| Ipda Puguh Agung, Polisi di Blora yang Dirikan SLB Negeri untuk Anak-anak Disabilitas |
|---|
| Kisah Ipda Sutrisno: Polisi dan Dalang yang Mengedukasi Lewat Wayang |
|---|
| Berbagi Sembako, Siswa SPN Polda Sulteng Tunjukkan Kepedulian pada Warga Kurang Mampu |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.