Ketua Banggar DPR Prediksi Indonesia Menuju Ambang Resesi pada Kuartal III 2020
Kebijakan PSBB guna mengurangi penyebaran virus covid-19 berdampak menurunnya aktivitas ekonomi.
Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati juga mengisyaratkan kalau perekonomian Indonesia akan masuk jurang resesi pada kuartal III-2020.
Secara teknikal, resesi perekonomian bisa terjadi kalau pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan.
"Di kuartal III-2020 masih mengalami negative growth, bahkan di kuartal IV-2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral," ujar Sri Mulyani dalam Rapat dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Rabu pekan lalu.
Sebelumnya, hal serupa juga diutarakan oleh Menteri Keuangan era Presiden SBY, Chatib Basri. Dalam cuitan di akun Twitter pribadinya @ChatibBasri .
Perekonomian kuartal III-2020 diprediksi masih terkontraksi karena beberapa kemungkinan. Pertama, daya beli masyarakat yang melemah. Kedua, perilaku kelas menengah atas yang berhati-hati karena alasan kesehatan.
Ketiga, perubahan perilaku seperti lebih memilih untuk belanja online. Keempat, adanya protokol kesehatan yang diterapkan oleh pemerintah yang membuat perekonomian tidak bisa beroperasi 100% sehingga skala ekonomi tidak tercapai.
Jika ekonomi hanya beroperasi 50%, maka untuk banyak sektor, Chatib melihat kalau break even point tak akan tercapai.
Perusahaan bisa tetap survive selama masih bisa membayar biaya variable seperti gaji, tetapi dia tak akan mendapat keuntungan. Parahnya, perusahaan bisa menjadi zoombie companies.
"Karena itu, tidak ada insentif untuk ekspansi dan meningkatkan investasi. Perekonomian akan stuck, atau pemulihan bakal lambat," jelasnya.
Mengutip cuitan terbarunya soal kemungkinan resesi yang akan terjadi, Chatib mengatakan kalau saat ini yang paling penting adalah langkah mitigasi dengan ekspansi fiskal.
"Yang paling penting memang bukan soal resesi atau tidak. Yang paling penting, mitigasinya dengan ekspansi fiskal dan defisit APBN 2021 yang 5% mencerminkan itu," katanya.
Sumber: Tribunnews.com/kontan.co.id