Senin, 8 September 2025
Tujuan Terkait

Kisah di Balik Secangkir Kopi Potorono, Konservasi Hutan dan Upaya Peningkatan Ekonomi Warga Sambak

“Sekarang ya sudah Alhamdulillah, selain warga di Sambak adalah petani padi dan pembuat tahu, ada income tambahan di kopi,” kata dia.

Penulis: Imam Saputro
Editor: Bobby Wiratama
TribunSolo/Imam Saputro
Pondok Kopi Potorono di Desa Sambak, Magelang 

Kopi Potorono yang dinamai sesuai dengan lokasi penanamannya-Bukit Potorono-dijual dengan harga Rp 17.000/100 gram atau Rp170.000/kg-nya.

“Sekarang pesanan sudah sampai Kalimantan, hampir seluruh Jawa Bali juga sudah pernah kami kirim,” kata dia.

"Ekspor ke luar negeri juga pernah, tapi belum bisa rutin karena kami kewalahan melayani pesanan dalam negeri ," tambahnya.

Kurniadi menyatakan Kopi Potorono dikenal sebagai kopi robusta yang dijaga kualitasnya sehingga digemari banyak pecinta kopi.

Kopi Potorono juga sering mewakili Kabupaten Magelang di berbagai pameran bidang FnB (Food and Beverages).

Upaya pelestarian hutan hingga manfaat ekonomi

Di balik segarnya Kopi Potorono, ada peran Kepala Desa Sambak, Dahlan yang mengenalkan kopi kepada warganya.

Dahlan yang merupakan pria kelahiran Kabupaten Temanggung, daerah yang dikenal sebagai penghasil kopi di Jawa Tengah, merasa prihatin melihat ada hutan negara di Bukit Potorono yang menganggur.

“Tahun 2007 saya jadi kades, 2008 itu mulai berfikir, ini ada lahan 66 hektar tapi kok hanya ditanami rumput buat pakan ternak, akhirnya saya kepikiran untuk coba ditanami kopi, karena sudah ada pengalaman di kampung kelahiran saya, ketinggian tempat, curah hujan Sambak dengan Temanggung mirip,” kata Dahlan.

Dahlan kemudian bekerja sama dengan dinas terkait untuk mulai mengembangkan perkebunan kopi di hutan negara di Bukit Potorono yang dikelola Perhutani.

“ Kerja sama masyarakat dengan Perhutani ada yang namanya Lembaga Masyarakat Desa Hutan(LMDH), di Sambak namanya LMDH Wana Hijau Lestari,” beber Dahlan.

Tugas LMDH Wana Hijau Lestari adalah mengelola hutan untuk menghasilkan secara ekonomi maupun ekologis sosial untuk kepentingan masyarakat, dengan kewajiban menjaga hutan agar tetap terjaga dari pengerusakan.

Setelah berdiri, LMDH Wana Hijau Lestari menata lahan hutan negara seluas 96,4 Ha dengan memetak-metak lahan dikerjasamakan antara pengurus dengan petani.

“Petani dapat hak mendapatkan rumput tanaman hijauan untuk kebutuhan ternak mereka, sedangkan kewajibannya mengamankan petak lahan dari pengrusak yang tak bertanggung jawab,” ungkap Dahlan,

“Tapi kok hanya rumput pakan ternak, makanya saya mengajukan proposal penanaman kopi di bawah pohon tegakan di hutan negara tersebut,” tambahnya.

Penanaman kopi di hutan negara dilakukan sejak 2018 dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan negara di Bukit Potorono.

Halaman
1234

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan