Tingkat Kepemilikan Asuransi di RI Lebih Rendah dari Negara Lain, Pasar Anak Muda Layak Digarap
Tingkat kepemilikan asuransi di Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain, hanya mencapai 2,8 persen menurut data OJK.
Editor:
Choirul Arifin
Namun, industri asuransi jiwa syariah juga dihadapkan pada berbagai tantangan. Salah satunya adalah inflasi medis yang diproyeksikan mencapai 19% pada 2025—jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi umum sebesar 2,6 persen.
Angka ini bahkan lebih tinggi dari rata-rata inflasi medis di Asia (13%), Eropa (10%), dan Amerika Serikat (5%). Ditambah lagi, jumlah kelas menengah Indonesia mengalami penurunan 17?lam lima tahun terakhir, yang turut memengaruhi daya beli masyarakat.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Herwin menyatakan pihaknya menerapkan dua strategi utama: inovasi dan kolaborasi produk dan layanan yang simple, relevan, terjangkau, serta memberikan manfaat perlindungan yang kuat.
Diantaranya, PRUWell Medical Syariah dengan konsep fair pricing, pertama di Indonesia, untuk menjawab tantangan inflasi medis.
Baca juga: Potensi Pasar Asuransi Jiwa Syariah Besar Tapi Kurang Tergarap Optimal, Ini Faktor Penyebabnya
Kemudian, PRUSehat Syariah, asuransi kesehatan syariah yang membidik anak muda lajang dan yang sudah berkeluarga untuk melengkapi asuransi yang sudah dimiliki, seperti BPJS atau asuransi kantor.
Untuk memperluas penetrasi asuransi syariah, Herwin bilang pihaknya mengoptimalkan berbagai kanal distribusi seperti tenaga pemasar dan mitra bancassurance. Sebanyak 80.000 tenaga pemasar yang mengikuti pelatihan Sharia Way of Selling.
Pihaknya juga menjalin kerjasama strategis dengan Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk menjangkau lebih dari 20 juta nasabah, serta menjalin kerjasama dengan komunitas, universitas, dan organisasi Islam.
Industri asuransi jiwa syariah lainnya, PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) atau JMA Syariah tetap optimis mendorong pertumbuhan aset 18 persen di 2025.
“Berdasarkan data terbaru kuartal I 2025, total aset kami tercatat sebesar Rp324,99 miliar, tumbuh 0,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ungkap Direktur Utama JMA Syariah, Basuki Agus dikutip Kontan, Rabu (7/5/2025).
Baca juga: PSAK 117 Jadi Tantangan Industri Asuransi Kerugian di 2025
Di kuartal I, perusahaan fokus mengembangkan tim pemasaran dan di kuartal II ini diharapkan ada peningkatan untuk menunjang pencapaian target di 2025.
Meski kini industri asuransi masih menghadapi tantangan rendahnya inklusi keuangan syariah nasional, dia optimis mendorong pertumbuhan aset dengan fokus pengembangan pasar produk individu.
Caranya, dengan mengintensifkan program literasi dan inklusi ke berbagai lapisan masyarakat, terutama melalui kerja sama dengan komunitas dan lembaga pendidikan.
“Digitalisasi sangat penting untuk membuka akses informasi, meningkatkan pemahaman, dan memperluas jangkauan proteksi berbasis syariah. Ini adalah kunci untuk mempercepat inklusi keuangan syariah dan meningkatkan penetrasi asuransi syariah di Indonesia,” tegas Herwin.
Laporan Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk/Shintia Rahma Islamiati | Sumber: Kontan
Sumber: Kontan
Sosok Heri Gunawan Tersangka Korupsi CSR BI-OJK: Terima Rp15 Miliar, Anggota DPR 3 Periode |
![]() |
---|
OJK Catat Utang Pinjol Tembus Rp 83,52 Triliun hingga Juni 2025 |
![]() |
---|
Sektor Jasa Keuangan RI Stabil, OJK: Tensi Perang Dagang Reda |
![]() |
---|
Usai Heboh di Masyarakat, OJK Bakal Tinjau Ulang Aturan Terkait Rekening Dormant |
![]() |
---|
Resmi Beroperasi, Ini 3 Fakta Pendirian Bank Syariah Matahari Milik Muhammadiyah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.