Minggu, 7 September 2025

Semangat Rahmad Jalankan UMKM Kebon Batik Mulai dari Nol, Buktikan Bangun Bisnis Bisa Tanpa Modal

Ssemangat pemilik Kebon Batik, Rahmat Budiyanto menjadi bukti bahwa memulai sebuah usaha tak harus berbekal modal besar.

Tribunnews.com/Sri Juliati
MODAL NOL - Pemilik UMKM Kebon Batik, Rahmat Budiyanto menunjukkan baju batik yang berada di kantornya di Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta, Kamis (17/4/2025). Semangat Rahmat Budiyanto dalam membangun UMKM bisa menjadi bukti bahwa memulai sebuah usaha tak harus berbekal modal besar. 

Lambat laun, relasi Rahmat kian bertambah. Dari sekadar kenal pedagang batik di Pasar Klewer, ia pun menjalin hubungan baik dengan suplier hingga para perajin batik.

Pada tahun 2017, usaha Rahmat semakin berkibar. Ia menggandeng sejumlah perajin dari Surakarta, Sragen, Pekalongan, Cirebon, hingga Madura. 

Para perajin ini memproduksi kain batik printing, hingga tulis dengan motif beragam, mulai dari motif custom, pakem, hingga pasaran.

Tujuan Rahmat menggandeng banyak perajin adalah melengkapi produk kain batik di Kebon Batik sekaligus membantu para perajin untuk memasarkan produk mereka.

"Bukan rahasia lagi ya, beberapa perajin batik kesusahan untuk menjual produk, karena fokus mereka di bidang produksi, bukan pemasaran," katanya.

Di proses produksi, sudah ada tim dari Rahmat yang bertugas memeriksa kualitas hingga menentukan durasi waktu pembuatan.

Dari perajin, relasi Rahmat berkembang dengan jasa jahit untuk memfasilitasi konsumen yang hendak membeli busana batik atau menjahitkan baju.

Selain penjahit, Rahmat juga menggandeng usaha konveksi untuk memproduksi seragam batik dalam jumlah yang banyak. 

Ia bekerjasama dengan jasa ekspedisi untuk memastikan pengiriman pesanan sampai tepat waktu. Terlebih konsumen Kebon Batik tersebar hingga penjuru Indonesia, termasuk luar negeri seperti Malaysia, Singapura, hingga Hongkong.

"Bisa dibilang, Kebon Batik sebagai wadah para perajin, penjahit, jasa konveksi, hingga ekspedisi. Core bisnisnya adalah hub atau distribusi dari segala macam produk batik," kata dia.

Baca juga: Batik Lokal Apikmen Go Global: Bukti UMK Academy Pertamina Berdampak Nyata

Hal ini, lanjut Rahmat, sesuai dengan nama "Kebon Batik" yang disematkan. Dalam bahasa Indonesia, Kebon bermakna kebun, tempat di mana orang dapat menemukan banyak hal. Sementara Batik merujuk pada produk yang dijual Rahmat.

"Harapannya ya, orang-orang kalau mau cari produk batik mulai dari baju, gamis, kemeja, seragam, hingga suvenir batik ya tujuannya langsung ke Kebon Batik," ujarnya sembari berpromosi.

Rahmat mengatakan, harga jual produk batik di Kebon Batik terbilang terjangkau. Kain batik dibanderol mulai Rp 100an ribu, baju batik mulai dari Rp 200an ribu, sedangkan produk premium seperti jas dihargai Rp 400 ribu hingga Rp 500an ribu.

Dalam satu dekade ini, usaha Rahmat pun kian berkembang. Bahkan Rahmat telah memiliki empat brand di bawah bendera Batikita Group.

Pertama, Kebon Batik yang berfokus pada kain dan seragam batik dengan spesialisasi motif custom. Kedua Batik Tuan yang fokus pada produk kemeja kerja pria. Ciri khasnya ada motif truntum di bagian lengan.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan