Jumat, 5 September 2025

Semangat Rahmad Jalankan UMKM Kebon Batik Mulai dari Nol, Buktikan Bangun Bisnis Bisa Tanpa Modal

Ssemangat pemilik Kebon Batik, Rahmat Budiyanto menjadi bukti bahwa memulai sebuah usaha tak harus berbekal modal besar.

Tribunnews.com/Sri Juliati
MODAL NOL - Pemilik UMKM Kebon Batik, Rahmat Budiyanto menunjukkan baju batik yang berada di kantornya di Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta, Kamis (17/4/2025). Semangat Rahmat Budiyanto dalam membangun UMKM bisa menjadi bukti bahwa memulai sebuah usaha tak harus berbekal modal besar. 

TRIBUNNEWS.COM - Sebagian orang berpikir, untuk membangun sebuah usaha, membutuhkan modal yang sangat besar. Hingga yang terjadi kemudian, mereka takut bahkan memilih mundur karena merasa tak punya modal -dalam hal ini berupa dana-.

Namun, semangat pemilik Kebon Batik, Rahmat Budiyanto bisa menjadi bukti bahwa memulai sebuah usaha tak harus berbekal modal besar. Bahkan UMKM yang bergerak di bidang fashion ini bermodal nol rupiah dan dalam kondisi kepepet.

Ide usaha Kebon Batik berawal dari Rahmat yang saat itu dimintai tolong oleh seorang kenalannya untuk mencarikan kain batik di Pasar Klewer, Surakarta. Sosok itu dikenalnya saat ia menjadi guide semasa kuliah.

Bergegas, lulusan Teknik Kimia Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) mencarikan pesanan tersebut. Setiba di Pasar Klewer, Rahmat memfoto beberapa produk kain batik untuk dikirimkan kepada si pemesan.

"Kemudian dia pilih beberapa produk, lalu saya kirim ke Kalimantan," kisah Rahmat saat ditemui di kantornya yang beralamat di Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta, Kamis (17/4/2025).

Saat melihat beberapa foto batik yang tidak dipilih, terbersit sebuah ide di kepalanya. Rahmat mengunggah foto-foto itu menjadi status di aplikasi pesan BBM.

Tak dinyana, banyak teman, relasi, hingga kenalan yang menanyakan produk tersebut. Dari yang hanya satu-dua kali mendapatkan pesanan batik, lama kelamaan berkembang dan semakin bertambah orang yang 'jastip' pada Rahmat.

Namun, usaha ini masih dianggap sebagai sebagai sambilan oleh Rahmat. Sebab saat itu, ia masih berstatus sebagai karyawan.

Hingga datanglah momen Rahmat memutuskan untuk fokus menekuni usaha tersebut. Momen itu terjadi saat ia resign karena adanya ketidaksesuaian di tempatnya bekerja.

"Ketika ada yang tidak sreg, saya berani speak up, kalau tidak difasilitasi oleh manajemen ya mending keluar," kata dia.

Setelah resign, yang ada di pikiran Rahmat kala itu, jika ingin bekerja di tempat yang sesuai dengan keinginan dan prinsipnya, maka yang paling mudah adalah mendirikan usaha sendiri. 

Baca juga: UMKM Lokal Go Digital: Berdayakan Sesama, Produk asal Klaten dan Jogja Raih Sukses di Dunia Maya

Menurut dia, yang paling mudah saat itu adalah membesarkan usaha sambilannya yaitu menjualkan produk batik, ketimbang harus merintis bisnis baru.

Rahmat mengaku, saat kembali terjun ke usaha ini, ia tak mengeluarkan banyak modal. Bahkan nol rupiah. Sebab saat itu, ia hanya sebagai distributor.

"Modal foto-foto produk, tentu saya foto dengan lebih cantik dan proper, ketimbang sebelumnya. Lalu saya unggah ke media sosial, kemudian ada yang pesan, saya kirim, begitu seterusnya," urai Rahmat.

Tak dinyana, jalan yang ditempuh Rahmat membuahkan hasil yang tak main-main. Dari semula bisnis sampingan dan iseng, kini telah menjadi usaha utamanya.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan