Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci Masa Depan Industri Tambang Berkelanjutan
Transformasi industri pertambangan menjadi isu krusial dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Penulis:
Seno Tri Sulistiyono
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Transformasi industri pertambangan menjadi isu krusial dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, tekanan terhadap sektor ini kian meningkat, seiring tuntutan global untuk menerapkan prinsip dekarbonisasi, efisiensi operasional, dan tanggung jawab sosial.
Tak hanya menyangkut aspek teknis, reformasi di sektor tambang juga menyentuh sisi sosial dan lingkungan yang selama ini kerap terabaikan.
Baca juga: Dekarbonisasi Industri Harus Dilakukan secara Kolaborasi Demi Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Kehadiran regulasi yang semakin ketat dari pemerintah menjadi salah satu pemicu transformasi di sektor tambang. Namun, regulasi semata tidak cukup untuk mendorong perubahan.
Inovasi teknologi, pengelolaan sumber daya manusia yang adaptif, serta dukungan dari komunitas lokal menjadi pilar penting dalam membangun industri yang lebih tangguh dan bertanggung jawab.
Di sisi lain, masih terdapat kesenjangan antara pelaku usaha besar dan kecil dalam mengakses sumber daya untuk melakukan transformasi ini.
Penguatan praktik pertambangan yang baik atau Good Mining Practice juga menjadi sorotan utama dalam agenda nasional.
Baca juga: Pakar IPB Nilai Kebijakan Pertamina Terkait Lingkungan dan Dekarbonisasi Sudah di Jalan yang Benar
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah berulang kali menyampaikan komitmennya untuk memastikan seluruh kegiatan industri dilakukan secara aman, efisien, dan berkelanjutan.
Hal ini meliputi pemulihan lahan pascatambang, perlindungan tenaga kerja, hingga transparansi dalam pelaporan lingkungan.
Namun, perubahan tidak bisa dilakukan oleh pemerintah saja. Diperlukan keterlibatan aktif dari sektor swasta dan organisasi profesional untuk memastikan agenda transformasi ini berjalan efektif.
Kolaborasi lintas sektor menjadi salah satu pendekatan yang mulai diadopsi, tidak hanya untuk menyelaraskan kepentingan, tapi juga untuk mempercepat adopsi praktik terbaik di lapangan.
Melihat kondisi tersebut, kolaboratif dibangun melalui Forum MineXcellence 2025 yang diselenggarakan oleh Society of Renewable Energy (SRE) dan Shell Indonesia dengan dukungan dari Ditjen Mineral dan Batubara ESDM.
Forum ini menjadi wadah dialog strategis antara regulator, pelaku industri, dan komunitas profesional.
Dalam sambutannya, Direktur Teknik dan Lingkungan Minerba Kementerian ESDM, Hendra Gunawan menekankan, transformasi sektor minerba tidak cukup hanya dengan kepatuhan terhadap regulasi
"Tapi juga butuh keberanian untuk berinovasi, memimpin dengan dampak, dan menjalin kolaborasi yang kuat antar sektor," katanya dikutip Rabu (16/7/2025).
Sumur Minyak Rakyat di Blora Meledak dan Telan Korban Jiwa, ESDM Sampaikan Duka Cita |
![]() |
---|
Pasokan Gas di Jawa Barat dan Sumatera Mulai Stabil Usai Gangguan Distribusi |
![]() |
---|
Eks Direktur Kementerian ESDM Sunindyo Klaim Tak Terima Suap Rp1 M Terkait Tambang di Bengkulu |
![]() |
---|
Produksi Migas Nasional Lampaui Target APBN, Partai Golkar Beri Apresiasi |
![]() |
---|
Kementerian ESDM Klaim Produksi Minyak dan Gas Bumi pada Semester I 2025 Lampaui Target APBN |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.