Senin, 11 Agustus 2025

Pertumbuhan Ekonomi

Universitas yang Pernah Dipimpin Anies Baswedan Ragukan Data Pertumbuhan Ekonomi RI dari BPS

Universitas Paramadina menyebut di triwulan II ini daya beli masyarakat melemah, konsumsi rumah tangga stagnan.

TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
PERTUMBUHAN EKONOMI - Suasana pemukiman dengan latar belakang gedung bertingkat di Jakarta. Universitas Paramadina menyebut, di triwulan II ini daya beli masyarakat melemah, konsumsi rumah tangga stagnan, pesimisme produsen dan peningkatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angka pertumbuhan ekonomi triwulan II 2025 sebesar 5,12 persen secara tahunan (year on year/YoY) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) menimbulkan pertanyaan besar di tengah kenyataan ekonomi Indonesia.

Universitas Paramadina menyebut, di triwulan II ini daya beli masyarakat melemah, konsumsi rumah tangga stagnan, pesimisme produsen dan peningkatan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di berbagai sektor industri.

Diketahui, Anies Baswedan pernah menjadi Rektor Universitas Paramadina pada 2027, dan menjadi rektor termuda saat itu.

Baca juga: Jasa Keuangan dan Asuransi Berkontribusi 0,13 Persen Pada Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu, mengemban sebagai pimpinan Universitas Paramadina sejak 15 Mei 2007 dan menjabat hingga 2015.

"Banyak kalangan tidak percaya, dan ini berpotensi bergulir menjadi bola liar yang merusak kredibilitas BPS," tulis statement Universitas Paramadina Jakarta, Minggu (10/8/2025).

Universitas Paramadina menilai, BPS sebagai lembaga negara mengemban amanat konstitusi untuk menyediakan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.

Karenanya, publik berhak mengetahui secara jelas dan rinci terkait metodologi dan asumsi perhitungan PDB, termasuk sumber data, pembobotan sektor, dan metode estimasi, yang dapat diverifikasi oleh berbagai pihak.

Kemudian, penjelasan mengenai kesenjangan antara data pertumbuhan ekonomi versi BPS dan indikator-indikator ekonomi sektoral yang justru menunjukkan perlambatan.

Serta komitmen BPS untuk menjaga independensi penuh dari tekanan atau intervensi pihak manapun, demi memastikan bahwa data bukanlah alat legitimasi politik, melainkan cerminan realita yang akurat.

"Universitas Paramadina mengingatkan bahwa kredibilitas BPS adalah modal utama kepercayaan publik. Jika data yang dirilis tidak selaras dengan kenyataan di lapangan, maka bukan hanya publik yang kehilangan pegangan, tetapi juga kebijakan ekonomi nasional akan salah arah," tuturnya.

Adapun pertumbuhan ekonomi sebuah negara biasanya diukur melalui Produk Domestik Bruto (PDB) atau pendapatan nasional riil, dan mencerminkan seberapa besar aktivitas ekonomi meningkat dari tahun ke tahun.

Pertumbuhan ekonomi ditandai oleh tren naiknya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita, bertambahnya produksi barang dan jasa, berkurangnya tingkat pengangguran dan kemiskinan, serta meningkatnya daya beli masyarakat

Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat menilai angka pertumbuhan ekonomi yang diumumkan BPS bertolak belakang dengan proyeksi suram yang telah disuarakan hampir seluruh lembaga kredibel, dari IMF dan Bank Dunia yang memproyeksikan di kisaran 4,7-4,8 persen, hingga para ekonom domestik yang melihat langsung lesunya denyut nadi perekonomian.

Adapun rinciannya, Dana Moneter Internasional (IMF), dalam laporan World Economic Outlook Update edisi Juli 2025, memproyeksikan angka 4,8 persen. 

Senada dengan itu, Bank Dunia melalui Global Economic Prospects edisi Juni 2025 bahkan memberikan estimasi yang lebih konservatif di angka 4,7 persen. 

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan