Kamis, 14 Agustus 2025

Riset Ipsos: Keberhasilan AI Bergantung Pada Kualitas Data dan Tetap Butuh Sentuhan Manusia

Pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial untelligence (AI) kini tidak lagi hanya untuk mengejar kecepatan dan efisiensi

|
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Sanusi
Choirul Arifin/Tribunnews.com
OPTIMASI TEKNOLOGI AI - Dr.Reynolds, Ipsos Global Head of Product Testing dan Karthik Narayan, Director Innovation & Strategy Ipsos Indonesia di paparan hasil riset tentang optimasi pemanfaatan AI berjudul “Humanizing AI for Innovation Success” di Jakarta, Selasa, 13 Agustus 2025. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemanfaatan kecerdasan buatan atau artificial untelligence (AI) kini tidak lagi hanya untuk mengejar kecepatan dan efisiensi, tetapi juga untuk memaksimalkan manfaat teknologi ini dapat lebih memahami manusia. 

Perusahaan riset pasar global berkantor pusat di Paris Prancis, Ipsos, menegaskan, keberhasilan pemakaian AI di masa depan akan bergantung pada kemampuannya menggabungkan kekuatan teknologi dengan sentuhan manusia. 

Baca juga: Luncurkan Program KID 2025, Telkom Kenalkan AI, IoT, Big Data dan Cybersecurity untuk Siswa

Selama ini Ipsos banyak mengerjalan riset dan analisis komprehensif, termasuk produksi dan analisis data, untuk memberikan wawasan terkini tentang masyarakat, tren dan kondisi pasar, serta individu kepada kliennya di seluruh dunia. 

Dalam paparan hasil riset terbarunya berjudul “Humanizing AI for Innovation Success” di Jakarta, Selasa, 13 Agustus 2025, Ipsos menyoroti pentingnya membangun inovasi yang tidak hanya maju secara teknis, tetapi juga selaras dengan nilai, emosi, dan perilaku nyata konsumen.

Optimis Terhadap Masa Depan AI Tapi Tetap Waspada

Data Ipsos AI Monitor 2025 menunjukkan adanya rasa optimisme yang tetap berwaspada terhadap AI secara global. Sebanyak 56 persen responden global percaya bahwa teknologi AI memberikan lebih banyak manfaat daripada kerugian.

Di Indonesia, tingkat optimisme ini bahkan lebih tinggi, mencapai 85 persen lebih tinggi dari tahun 2024 yang masih 80 persen. Namun 43 persen responden di Indonesia masih khawatir saat menggunakannya.

Baca juga: Pemerintah Siapkan Dana Rp1,8 Triliun untuk Riset pada Delapan Bidang: Pangan Hingga AI

Hal ini mencerminkan betapa cepatnya masyarakat Indonesia beradaptasi dengan teknologi baru, mulai dari layanan digital di ritel hingga penggunaan AI di bidang kesehatan, pendidikan, dan hiburan, namun tetap dengan sikap hati-hati.

Tingkat kepercayaan ini menjadi peluang besar untuk mengembangkan produk dan layanan yang semakin relevan dengan kebutuhan sehari-hari.

"Di Indonesia, kami sudah melihat AI digunakan di berbagai aplikasi sehari-hari. Survei AI unggulan Ipsos menunjukkan bahwa antusiasme tampaknya terkait dengan prospek ekonomi. Negara-negara yang paling antusias terhadap AI biasanya adalah negara-negara yang percaya bahwa AI akan memberi manfaat besar bagi perekonomian mereka," ujar Hansal Savla, Managing Director Ipsos Indonesia.

Dia menambahkan, tantangan pemanfaatan AI berikutnya adalah memastikan penerapannya tetap etis, inklusif, dan benar-benar bermanfaat. Ini adalah momen penting bagi semua pemangku kepentingan untuk maju bersama.

Baca juga: Telkomsel Tampilkan 6 Solusi AI Terkini di KSTI Indonesia 2025, Dorong Visi Indonesia Emas 2045

Manusia Harus Jadi Pusat Pengembangan AI

Dr. Nikolai Reynolds, Ipsos Global Head of Product Testing mengatakan, meskipun AI dapat memproses data berskala besar dengan cepat, teknologi ini tetap belum mampu sepenuhnya memahami kompleksitas perilaku manusia.

"Keputusan konsumen sering dipengaruhi oleh emosi atau kebiasaan yang tidak mudah diukur oleh algoritma. Ipsos menegaskan bahwa AI yang efektif harus mampu menangkap nuansa tersebut," ungkapnya.

"Kita tidak bisa hanya mengandalkan teknologi tanpa memahami konteks sosial, nilai, dan emosi pengguna. Inovasi berisiko tidak tepat sasaran jika tidak mencerminkan kebutuhan nyata konsumen," lanjut Dr. Nikolai Reynolds.

Menurutnya, kolaborasi antara AI dan keahlian manusia adalah pondasi dari inovasi yang berdampak dan berkelanjutan.

Pendekatan ini memastikan bahwa hasil analisis tidak hanya akurat secara teknis, tetapi juga benar-benar mencerminkan cara berpikir dan berperilaku manusia di dunia nyata.

AI Bergantung Pada Kualitas Data 

DIa juga menjelaskan bahwa AI hanya akan dapat menghasilkan data sebaik kualitas data yang digunakannya. Ipsos menekankan pentingnya data yang relevan, representatif, dan tetap valid seiring waktu. 

Jika data yang disodorkan tidak lengkap atau tidak akurat dapat menyebabkan kesalahan besar pada interpretasi oleh AI. Hal ini sudah terlihat dalam beberapa kasus, yang mengingatkan kita akan risiko serius jika AI bekerja dengan input berkualitas buruk.

AI dan Human In The Loop

Nikolai Reynolds menjelaskan, pentingnya peran periset dalam menjaga etika dan akurasi data yang disampaikan ke masyarakat. Pihaknya menerapkan prinsip “human in the loop” yang memastikan keterlibatan manusia di setiap tahap pengembangan dan penerapan AI.

Menurutnya, kolaborasi antara teknologi dan researcher berpengalaman menjadi kunci agar hasil analisis tetap akurat, etis, dan adaptif terhadap perubahan perilaku konsumen. Dengan pendekatan ini, AI bukan hanya alat analisis, tetapi mitra dalam menciptakan inovasi yang aman dan berdampak.

AI juga harus tetap tis dan berfokus pada manusia. Pihaknya menerapkan kerangka kerja yang dirancang untuk memastikan pengembangan AI tetap menjunjung tinggi keadilan, privasi, dan kepentingan konsumen.

Dengan demikian, AI dapat merespons kebutuhan masa depan tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar. Pada akhirnya, AI bukanlah tujuan akhir—AI adalah alat untuk membantu pengambilan keputusan yang lebih baik, menciptakan pengalaman yang lebih personal, dan menghadirkan solusi yang lebih relevan. (tribunnews/fin)

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan