Senin, 18 Agustus 2025

Stok Beras Surplus, Harga Beras di Atas Harga Eceran Tertinggi, Apa Penyebabnya?

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (Mentan Amran) mengungkapkan adanya anomali harga yang terbentuk di pasar beras.

Editor: Sanusi
Lita/Tribunnews
HARGA BERAS - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (Mentan Amran) mengungkapkan adanya anomali harga yang terbentuk di pasar beras. Menurutnya, terdapat sejumlah faktor struktural dan perilaku pasar yang membuat harga beras masih belum stabil. 

“Yang besar harusnya tidak masuk mengganggu yang kecil. Karena yang kecil, kalau dia beli Rp6.500, yang besar beli Rp6.700. Kalau yang kecil naik Rp6.700, yang besar beli Rp7.000. Artinya, yang kecil terganggu,” tegasnya.

Baca juga: Pengamat: Produsen Besar Memanipulasi Harga Beras, Melonjak Rp5.000/Kg Saat Stok Melimpah

Meski begitu, Amran melihat dinamika pasar belakangan justru membawa dampak positif. Penurunan penjualan beras premium di supermarket modern diikuti dengan peningkatan permintaan di pasar tradisional. Hal ini memberi kesempatan bagi penggilingan kecil untuk kembali mendapatkan pasokan.

“Tapi lihat fenomena, setelah terjadi pengurangan premium di supermarket modern, terjadi peningkatan penjualan di pasar tradisional. Kemudian penggilingan kecil mendapatkan supply. Itu adalah berkah bagi penggilingan kecil dan pasar tradisional.” tuturnya.

Amran menilai dengan stok beras yang hanya sekitar 23 juta ton tersisa di sisa tahun berjalan dan kapasitas giling terpasang hingga 165 juta ton, wajar bila tidak semua penggilingan bisa beroperasi penuh. Kondisi ini membuat penggilingan kecil kerap kalah bersaing dalam harga.

“Kalau berasnya saat ini tinggal 23 juta, gak banyak, kapasitas pabrik seluruhnya itu 165 juta, tentu kan tidak kebagian yang kecil. Kenapa yang kecil? Kalah bersaing dalam harga. Nah, ini mudah-mudahan akan terbentuk struktur pasar baru,” ujarnya.

Selain faktor kapasitas dan distribusi, Amran juga menyoroti adanya praktik kecurangan yang ikut mengerek harga beras. Ia mengungkapkan bahwa ada pihak-pihak yang menaikkan harga secara tidak wajar, jauh di atas harga seharusnya.

“Nah, setelah itu diperparah lagi dengan harga dan kualitas yang tidak benar. Itu mengangkat harga. Dan itu sudah berapa tersangka ditetapkan” ungkapnya.

Berdasarkan pemantauan terbaru, Amran menyebut harga beras sudah mulai mengalami penurunan di sejumlah daerah, meski di beberapa wilayah lain masih bertahan.

“Kemudian kami pantau tadi, itu sudah terjadi penurunan (harga beras) di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, kecuali Sumatera Utara masih tetap harganya, Aceh turun, Kalimantan Selatan turun, kemudian Sulawesi Selatan. Jadi turun, Lampung juga turun. Pasti turun,” terangnya.

Amran membantah anggapan bahwa tingginya harga beras saat ini disebabkan penyerapan besar oleh Bulog. Ia menekankan bahwa Bulog hanya menyerap sekitar 8 persen dari total beras yang beredar, sedangkan sisanya dikuasai oleh swasta.

“Ada pengamat tuh mengatakan kenapa harga tinggi, karena Bulog serap banyak, benar nggak? Sekarang adalah yang diserap itu Bulog hanya 8 persen. 2,8 juta ton dibagi dengan 34 juta ton itu sama dengan 8 persen. Swasta serap 92 persen.” pungkasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan