Rabu, 27 Agustus 2025

Stok Beras Premium di Ritel Modern Langka, Pengusaha Disebut Enggan Guyur karena Takut Ditangkap

Kepala Satgas Pangan Polri Brigjen Pol Helfi Assegaf membenarkan saat ini stok beras premium di ritel modern sedang langka.

Tangkapan Layar YouTube Kompas TV
STOK LANGKA - Kepala Satgas Pangan Polri Brigjen Pol Helfi Assegaf. Satgas Pangan membenarkan saat ini stok beras premium di ritel modern sedang langka. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Satgas Pangan Polri Brigjen Pol Helfi Assegaf membenarkan saat ini stok beras premium di ritel modern sedang langka.

Dia bilang, saat ini stok beras premium di ritel modern mengalami penurunan karena para pengusaha sedang menghabiskan stok yang ada dan tak mengisinya kembali.

"Ada penurunan stok yang tersedia di ritel modern karena informasinya menghabiskan stok yang ada dan tidak mengisi kembali," kata Helfi dalam acara Diskusi Publik Paradoks Kebijakan Hulu-Hilir Perberasan Nasional di kantor Ombudsman RI, Jakarta Selatan, Selasa (26/8/2025).

Setelah dilakukan pendalaman oleh Satgas Pangan Polri, Helfi mengungkap bahwa para pengusaha ritel modern takut mengisi kembali beras premium.

Ketakutan ini masih berkaitan dengan kasus beras oplosan yang belakangan ini sedang ramai di masyarakat.

"Kami takut nanti ditangkap," kata Helfi menirukan perkataan pengusaha ritel modern.

Menurut Helfi, seharusnya pengusaha ritel modern tidak perlu takut mengisi kembali stok beras di toko mereka jika memang beras yang dipajang itu sesuai dengan ketentuan yang ada.

Guna mengatasi masalah ini, Satgas Pangan Polri telah berkoordinasi dengan Perum Bulog dan Badan Pangan Nasional untuk mengguyur ritel modern dengan beras SPHP.

Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan atau SPHP adalah beras yang disalurkan Perum Bulog dari stok Cadangan Beras Pemerintahan (CBP).

Sebagai informasi, pemerintah saat ini sedang dalam program penyaluran beras SPHP untuk periode Juli-Desember sebanyak 1,3 juta ton.

Helfi mengatakan, Satgas Pangan Polri bersama Bulog dan Badan Pangan Nasional telah melakukan pendataan ritel mana saja yang perlu diisi beras SPHP.

Namun ternyata, permasalahan tidak berhenti di situ. Ritel modern masih belum juga mengisi beras di toko mereka dengan beras SPHP karena berbagai faktor.

Baca juga: Soal Kenaikan Harga Beras, Mentan Amran: Kami Sudah Bekerja Keras Lakukan Operasi Pasar

Pertama karena ritel modern tersebut belum bekerjasama dengan Perum Bulog.

Perjanjian kerja sama pun akhirnya ditandatangani. Namun, masalah tidak berhenti di situ. Ritel modern ini walaupun sudah ada perjanjian, mereka masih ada yang belum mengajukan pre order (PO) ke Bulog.

Ketika ditanya mengapa ritel modern belum juga melakukan PO, mereka menyebut karena belum ada instruksi. Jadi, permasalahan stok beras langka ini disebut cukup panjang. Helfi memperkirakan ritel modern akan segera dipenuhi dengan beras SPHP dalam beberapa hari ke depan.

"Insyaallah dalam waktu beberapa hari ini akan segera dipenuhi dari Bulog untuk pengisian beras SPHP yang kualitasnya juga tidak kalah (dari beras premium)," ujar Helfi.

Peritel Modern Belum Berani Jual Beras Lagi

Beberapa pengusaha ritel modern belum berani untuk kembali menjual beras di tengah kasus beras oplosan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Solihin mengatakan, para pengusaha ritel masih takut karena ketika awal-awal kasus beras oplosan ini ramai, beberapa dari mereka ada yang sampai dipanggil polisi.

"(Beras) belum tersedia semuanya (di ritel modern)," katanya kepada Tribunnews, dikutip Selasa (12/8/2025).

Baca juga: Ada Produsen Beras Tak Pernah Uji Lab, tapi Langsung Beri Label Premium dan Jual Mahal

Solihin menjelaskan, sebenarnya saat kasus beras oplosan ini mencuat, dari Badan Pangan Nasional dan Satgas Pangan Polri tetap mengimbau para pengusaha ritel memajang produk beras yang mereka miliki.

Namun, para pengusaha ritel itu malah dipanggil oleh polisi ke kantor Kepolisian Resor (Polres) untuk dimintai keterangan.

"Peritel kita, anggota kita (dari Aprindo) dipanggilin ke polres-polres untuk diminta keterangan sampai harus membawa persyaratan A sampai R," ujar Solihin.

Kemudian, di daerah tertentu, ia menyebut pengusaha ritel ada yang diminta oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk menurunkan produk beras terindikasi oplosan dari pajangan.

Bahkan, ada pemerintah daerah (pemda) yang langsung turun tangan meminta pengusaha ritel itu tidak menjual produk beras yang terindikasi hasil oplosan.

Solihin mengakui bahwa sebagai pengusaha ritel, ia tidak memiliki kemampuan mengetahui kualitas dan mutu dari beras tersebut karena yang mereka terima sudah datang dalam bentuk kemasan.

"Peritel meminta jaminan dari saya sebagai anggota Aprindo. Kalau saya pajang ada masalah enggak nih? Dipanggil lagi sama polisi gitu lho. Itu yang membuat ketakutan peritel, sehingga ada peritel yang memajang maupun yang belum memajang (beras)," ucap Solihin. 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan