Rabu, 24 September 2025

Program Makan Bergizi Gratis

Gapembi Optimis Program MBG Ikuti Jejak Sukses Konversi Energi

sebagian kalangan yang meragukan program Makan Bergizi Gratis pada akhirnya akan melihat manfaat nyata yang dihasilkan.

Penulis: Erik S
Istimewa
PROGRAM MBG - Pengurus Gabungan Pengusaha Dapur Makan Bergizi Indonesia (Gapembi) optimis program makan bergizi gratis akan sukses dilaksanakan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ketua Umum Gabungan Pengusaha Dapur Makan Bergizi Indonesia (Gapembi), Alven Stony turut bersuara terkait kritik terhadap program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto.

Menurut Alven, kritik terhadap MBG tersebut  memiliki kemiripan dengan penolakan awal kebijakan konversi minyak tanah ke LPG 3 kilogram pada 2007.

Menurut Alven, ketika pertama kali diperkenalkan, LPG 3 kg sempat dianggap berbahaya dan tidak aman digunakan. Namun, seiring waktu, masyarakat justru menerimanya dan kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Baca juga: FSGI Desak Pemerintah Tak Abaikan Keselamatan Anak dalam Program MBG

“Dulu dicaci di mana-mana, dibilang gampang meledak. Tapi hari ini emak-emak dan pedagang kaki lima jatuh cinta, bahkan rela antre untuk mendapatkannya,” ujarnya, Rabu (24/9/2025).

Alven optimistis program MBG akan melalui proses serupa. Ia menilai sebagian kalangan yang meragukan program ini pada akhirnya akan melihat manfaat nyata yang dihasilkan.

“Ada pihak yang menyangsikan, tetapi UMKM di daerah hingga anggota Kadin justru melihat peluang usaha. MBG terbukti menggerakkan ekonomi rakyat dan menampung tenaga kerja. Setiap dapur MBG, misalnya, melibatkan sekitar 47 orang tenaga kerja dalam pengelolaannya,” kata dia.

Dukungan juga datang dari kalangan akademisi. Ekonom senior dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada, Dr. Revrisond Baswir, dalam sebuah publikasi yang diterbitkan ugm.ac.id, menyebut MBG sebagai program terobosan yang luar biasa. Bahkan seharusnya dimulai sejak dulu. Tidak hanya berdampak pada pemenuhan gizi, tetapi juga menjadi investasi ekonomi.

"Program makan bergizi merupakan terobosan penting yang dapat menjadi modal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya.

Mengutip perhitungan lembaga riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef), MBG berpotensi mendorong pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga 0,06 persen atau setara tambahan sekitar Rp14,6 triliun pada 2025. Program ini juga diperkirakan mampu menyerap sekitar 820.000 tenaga kerja, sebagian besar dari sektor UMKM, dan memicu pertumbuhan ekonomi lokal sekitar 0,10 persen.

Revrisond menekankan, kekuatan utama MBG terletak pada rantai nilai lokal yang tercipta, menciptakan desentralisasi. Program ini akan melibatkan petani, nelayan, pelaku UMKM, serta jaringan distribusi di daerah untuk memenuhi kebutuhan bahan baku makanan bergizi.

"Efek berganda dari aktivitas ekonomi lokal diyakini akan memperkuat daya tahan ekonomi daerah sekaligus memperluas lapangan kerja," tuturnya.

Alven Stony menutup pernyataannya dengan mengingatkan kembali pengalaman konversi LPG.

“Jika dulu LPG melon yang semula ditolak akhirnya dicintai rakyat, saya yakin MBG pun akan bernasib sama. Yang kita lakukan adalah memberi makan bergizi kepada anak bangsa sambil membuka ruang usaha dan pekerjaan baru bagi rakyat kecil,” ujarnya.

Terkait itu, Alven mengimbau masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh info-info negatif.

"Namun, semua kritik yang masuk tetap penting dijadikan catatan bagi para pengampu kebijakan untuk lebih mendengarkan masukan dari masyarakat," pungkas Alven.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan