Jumat, 31 Oktober 2025

Perkuat Ekonomi Kelompok Bawah, Ekonom Dorong Pemerintah Tingkatkan Pembiayaan Ultra Mikro

Kredit ultra mikro menjangkau desa-desa. Tapi regulasi dan ketimpangan masih jadi tantangan utama.

Penulis: willy Widianto
dok. PNM
INACRAFT 2025 - UMKM PNM Mekaar asal Lombok, Kopi Arabika Sembalun. UMKM ini ikut serta dalam ajang pameran kerajinan ekonomi kreatif terbesar Asia Tenggara, Inacraft 2025, yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC). 
Ringkasan Berita:
  • Kredit ultra mikro jadi harapan baru ekonomi kelas bawah.
  • Jutaan perempuan mulai bangkit lewat akses pembiayaan skala kecil
  • Pemerintah dorong data tunggal, inklusi keuangan dituntut lebih presisi.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Sejumlah ekonom menilai perluasan pembiayaan ultra mikro dapat menjadi instrumen strategis dalam pengentasan kemiskinan dan peningkatan inklusi keuangan. Model ini menyasar segmen masyarakat yang belum terjangkau lembaga keuangan formal.

Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI), Sunarsip, menyebut pembiayaan ultra mikro mengisi ruang yang selama ini ditempati oleh sumber pendanaan informal.

Ia menyoroti peran PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yang tidak hanya menyalurkan pembiayaan, tetapi juga menjalankan fungsi pemberdayaan.

“Sejumlah pelaku ekonomi dari kelompok prasejahtera menunjukkan peningkatan kesejahteraan setelah mengakses pembiayaan ultra mikro,” ujar Sunarsip kepada wartawan, Kamis (30/10/2025).

Sunarsip menilai lembaga seperti PNM perlu memperluas skala pembiayaan agar dampaknya lebih signifikan.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto, menambahkan bahwa pembiayaan ultra mikro dapat menjadi sarana edukasi keuangan bagi masyarakat yang belum bankable.

Namun, ia menekankan perlunya dukungan kebijakan makro agar pembiayaan tetap berkelanjutan.

Presiden Prabowo Subianto sebelumnya menyampaikan komitmen pemerintah dalam memutus mata rantai kemiskinan melalui pendekatan holistik.

Salah satu instrumen pendukungnya adalah pembentukan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) untuk memastikan program tepat sasaran.

Pemerintah mencatat angka kemiskinan nasional berada di level 8,47 persen per Oktober 2025.

Di tingkat global, lembaga seperti BRAC dan Grameen Bank di Bangladesh telah lama mengembangkan model pembiayaan ultra mikro. BRAC, yang berdiri sejak 1972, telah menyalurkan kredit lebih dari USD6 miliar kepada 11 juta nasabah. Grameen Bank, yang didirikan oleh ekonom Muhammad Yunus, mengklaim melayani 10,77 juta nasabah dan menerima Nobel Perdamaian pada 2006 atas kontribusinya dalam pembangunan sosial melalui kredit mikro.

Baca juga: Sebelum Jabat Menkeu, Purbaya Sempat Mikir PPN Bisa Turun Jadi 8 Persen, Kini Berubah

Di Indonesia, PNM meluncurkan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) pada 2016. Program ini kini tergabung dalam holding ultra mikro bersama BRI dan PT Pegadaian. Hingga semester pertama 2025, Mekaar mencatat 22,4 juta nasabah di 6.165 kecamatan, seluruhnya perempuan. PNM menargetkan 16 juta nasabah aktif Mekaar selama 2025, dengan pembiayaan konsolidasi mencapai Rp73,93 triliun pada 2024.

“Nasabah kami berasal dari kelompok ekonomi desil I sampai desil III. Yang masuk kemiskinan ekstrem sekitar 6 juta nasabah,” ujar Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi, dalam diskusi Bisnis Indonesia Forum, Juli 2025.

Selain PNM, sejumlah lembaga swasta seperti BTPN Syariah, Amartha, dan MBK Ventura juga melayani segmen ultra mikro dengan jumlah nasabah di atas 1 juta orang.

 

Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved