Perkuat Ketahanan Pangan, Petani Muda Jadi Prioritas Peningkatan SDM
peningkatan sumber daya manusia (SDM) khususnya di kalangan petani muda menjadi kunci memperkuat ketahanan pangan
Ringkasan Berita:
- SDM petani muda jadi sorotan dalam dialog BEM FP UB
- Petani muda diharapkan berada di garda depan untuk menjaga ketahanan pangan
- Tantangan perubahan iklim dan menurunnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (BEM FP UB) bekerja sama dengan Pemuda Inspirasi Nusantara (PIN) menggelar kegiatan dialogista bertajuk “Pemuda dan Ketahanan Pangan: Menggali Potensi Pemuda dalam Menjaga Kedaulatan Pangan Nasional” di Aula Gedung Sentral Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jumat (7/11/2025).
Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber yakni Dr. Mochamad Syamsulhadi, S.P., M.P. (Ketua Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan FP UB), Heru Sutomo (Ketua P4S Restu Bumi), dan I Nyoman Sugidana (Pimpinan Pusat KMHDI 2023–2025). Acara dipandu oleh Tazkiyyah, mahasiswa semester 7 Fakultas Pertanian UB.
Baca juga: Dukung Ketahanan Pangan hingga Pengembangan SDM, Polda Bengkulu Perkuat Seleksi Bintara
Dalam pemaparannya, Dr. Mochamad Syamsulhadi menegaskan bahwa peningkatan sumber daya manusia (SDM) khususnya di kalangan petani muda menjadi kunci memperkuat ketahanan pangan nasional.
“Per Oktober 2025, anggaran pertanian hanya meningkat 13 persen dari total Rp140 triliun. Tahun 2020 anggaran pertanian masih Rp75 triliun, sementara tahun 2024 sebesar Rp119 triliun. Namun program cetak sawah dan food estate belum banyak mengubah peta potensi pangan nasional,” ujarnya.
Menurut dia Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan masih menjadi sentra utama pertanian.
"Pembukaan lahan di Papua belum bisa menjadi basis lumbung pangan nasional. Fokus utama seharusnya pada peningkatan kapasitas petani, bukan semata kebijakan instan seperti subsidi pupuk atau pembagian alat pertanian.”
Sementara itu, Heru Sutomo menyoroti tantangan perubahan iklim dan menurunnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian.
“Tiga tahun terakhir fenomena kemarau basah menjadi keluhan petani. Berdasarkan data BPS akhir 2024, produksi padi justru menurun. Petani muda makin sedikit karena profesi ini dianggap melelahkan, kotor, dan panas,” jelasnya.
Heru juga menyebut, rata-rata petani hanya menggarap lahan 1.000 meter persegi dengan pendapatan sekitar Rp6 juta per tahun. “Wajar jika regenerasi petani berjalan lambat,” tambahnya.
Dari perspektif mahasiswa, I Nyoman Sugidana menekankan pentingnya inovasi dan peran aktif pemuda.
“Saya anak petani dan sejak kecil akrab dengan dunia pertanian. Saat ini persoalan kita mencakup alih fungsi lahan, perubahan iklim, pupuk, irigasi, dan minimnya regenerasi. Mahasiswa harus kreatif dan inovatif, misalnya dengan rekayasa teknologi untuk mempercepat masa panen dan meningkatkan hasil pertanian,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi langkah pemerintah melalui BP BUMN Pupuk Indonesia bergerak cepat dengan memperkuat sistem distribusi, memastikan ketersediaan stok di lapangan, serta mempercepat penyaluran pupuk bersubsidi hingga ke tingkat petani.
Langkah responsif ini menjadi bukti nyata sinergi antara kebijakan pemerintah dan implementasi di lapangan, sehingga manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh petani.
Baca juga: Perkuat Ketahanan Pangan Pesisir, Polres Asmat Salurkan 40 Jaring Ikan untuk Kelompok Nelayan
“Kami sebagai pemuda tentunya mendukung program swasembada pangan, ini perlu ditindaklanjuti secara serius bagaimana dalam mewujudkannya. Beberapa kebijakan di sektor pertanian sudah diberlakukan, salah satunya pemangkasan jalur distribusi pupuk agar dapat langsung ke tangan petani, sehingga memotong rantai distribusi. Selanjutnya ada kebijakan penurunan harga pupuk subsidi sebesar 20 persen yang tentunya menjadi angin segar bagi petani di Indonesia,” kata Nyoman.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
| Dinyatakan Halal, Bakso Remaja Gading Solo Diperbolehkan Buka Kembali |
|
|---|
| Klarifikasi Pemilik Warung Bakso di Solo Disebut Nonhalal: Jawaban Ayah Salah, Kini Dinyatakan Halal |
|
|---|
| Menteri Imipas Panen 45 Ton Jagung di Sidoarjo, Dukung Program Ketahanan Pangan Nasional |
|
|---|
| Dukung Ketahanan Pangan, Progam P3-TGAI Perkuat Infrastruktur Irigasi di 9.597 Lokasi |
|
|---|
| Polsek Trumon Timur Fasilitasi Penjualan dan Pengangkutan Hasil Panen Jagung Petani ke Bulog |
|
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.