Senin, 24 November 2025

Proyeksi BCA, Rata-rata Kurs Rupiah Tahun Depan Rp 16.800

Arah kebijakan suku bunga bank sentral AS, The Federal Reserve, jadi faktor eksternal yang paling dominan terhadap pergerakan rupiah.

Editor: Choirul Arifin
TRIBUNJAKARTA/GERALD LEONARDO AGUSTINO
KURS RUPIAH - BCA memproyeksikan rupiah berada di level Rp 16.800 per dolar AS pada tahun depan setelah terdepresiasi di kisaran 84-85 persen dalam jangka panjang. 
Ringkasan Berita:
  • Nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan menghadapi tekanan tahun depan namun dalam rentang yang dapat dikelola.
  • BCA memproyeksikan rupiah berada di level Rp 16.800 per dolar AS pada tahun depan setelah terdepresiasi di kisaran 84-85 persen dalam jangka panjang.
 

 

TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan menghadapi tekanan pada 2026, namun pelemahannya diprediksi akan berlangsung secara alami dan tetap dalam rentang yang dapat dikelola.

Secara historis depresiasi rupiah terjadi di kisaran 84-85 persen dalam jangka panjang. Dengan mempertimbangkan tren tersebut dan kondisi ekonomi global, BCA memproyeksikan rupiah berada di level Rp 16.800 per dolar AS pada tahun depan.

Kepala Biro Banking Research and Analytics BCA Victor George Petrus Matindas mengatakan, pelemahan alami atau organic depreciation merupakan dinamika yang hampir pasti terjadi, bahkan tanpa adanya sentimen negatif dari eksternal.

"Karena perbedaan tingkat inflasi biasanya. Perbedaan tingkat inflasi juga perbedaan country risk, sehingga secara natural mata uang kita memang terdepresiasi," kata Victor di Seminar Nasional Indonesia Economic Outlook 2026 di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (24/11/2025).

Sebagai informasi tambahan, nilai tukar rupiah terhadap dolar pada 24 November 2025 berada pada angka Rp 16.690 per dolar AS.

Victor menilai, arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) menjadi faktor eksternal yang paling dominan terhadap pergerakan rupiah.

Jika pemangkasan suku bunga tetap sesuai rencana, yakni tiga kali pada 2026, bahkan berpotensi lebih besar bila Presiden Donald Trump mengganti Ketua The Fed, rupiah berpeluang menguat terhadap dolar.

"Kalau arah suku bunga The Fed untuk tahun depan itu masih on track 3 kali atau bahkan bisa lebih, itu bisa jadi rupiahnya menguat terhadap dolar indeks. Jadi bisa jadi di bawah proyeksi kami sebelumnya," jelasnya.

Dari sisi risiko, Victor menyoroti potensi dampak kebijakan tarif impor Trump (Trump Tariffs) terhadap kinerja perdagangan Indonesia.

Bila kebijakan itu menekan ekspor dan membuat surplus neraca dagang menyusut, rupiah rentan tertekan lebih dalam.

Baca juga: Banyak Tekanan, Nilai Tukar Rupiah Diramal Tembus Rp17.000 per Dolar AS: Upaya Intervensi BI Sia-sia

"Sisi negatifnya kalau efek dari Trump Tariff ini cukup signifikan ke neraca dagang kita. Jadi kita berubah misalnya dari surplus menjadi kurang atau surplusnya itu turun," ucap Victor.

Ia menambahkan, kondisi ekonomi domestik yang membaik juga dapat berdampak dua arah. Peningkatan konsumsi dan belanja masyarakat memang positif bagi pertumbuhan, tetapi berpotensi meningkatkan impor. Jika di saat yang sama harga komoditas turun, tekanan terhadap rupiah bisa semakin besar.

Akan tetapi, Victor berpandangan bahwa arah pergerakan mata uang bukan satu-satunya hal yang harus diperhatikan. Stabilitas jauh lebih penting ketimbang sekadar rupiah menguat atau melemah.

Baca juga: Pelemahan Kurs Rupiah Bukan Imbas Penggeledahan Kantor BI Oleh KPK 

"It's okay, dia agak terdepresiasi tapi yang penting itu manageable. Karena di satu sisi, selama nggak signifikan sebenarnya tetap ada pihak-pihak yang diuntungkan juga," ujarnya.

Pelemahan yang moderat justru dapat memberi keuntungan di sektor ekspor. Meski demikian, ia memastikan bahwa Bank Indonesia akan tetap menjaga rupiah berada di level yang wajar dan sesuai fundamental ekonomi.

"Kita yakin bahwa Bank Indonesia pasti akan menjaga nilai rupiah kita itu di level yang sehat, di level fundamental yang cukup kuat," ungkap Victor. 


Foto : ECONOMIC OUTLOOK - Seminar Nasional Indonesia Economic Outlook 2026 di Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (24/11/2025). (Tribunnews.com/Lita Febriani).

 

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved