Kapan pendekatan dan rayuan berubah jadi pelecehan seksual?
Jika Anda membayangkan sebuah ketertarikan seksual, Anda pasti berpikir ada sebuah pernyataan, lalu seorang pria yang berlutut diikuti saling
Diantaranya sentuhan tanpa persetujuan, merasa berhak melalukan sesuatu pada orang lain, berbicara dengan cara tertentu, mengejar gadis-gadis di jalan untuk mengobrol dengan mereka, bersiul dan menggunakan kekuasaan atau kepercayaan dari perempuan, untuk berbicara tidak senonoh.
Kamus Bahasa Inggris Oxford mendefinisikan pelecehan seksual sebagai "tindakan seksual yang tidak diinginkan, komentar cabul, dan lain-lain".
Lebih dari separuh perempuan mengatakan bahwa mereka telah dilecehkan secara seksual di tempat kerja, menurut penelitian yang dilakukan tahun lalu oleh lembaga survei TUC.
Mengapa pelecehan seksual terjadi?
Sea Ming Pak, yang bekerja untuk lembaga kesehatan seksual Brook , menganggap, budaya komersialisasi seks dn seksualisasi di negara-negara Barat menurutnya melahirkan budaya 'merasa berhak,' dan menimpakan kesalahan pada perempuan.
Anak-anak muda sudah terbiasa dengan film, video musik, program TV, akses pornografi. Mengirim foto-foto seksual di ponsel menjadi hal yang lumrah, katanya.
Di depan majelis sekolah dan ruang kelas, dia mengatakan untuk berhubungan seks, kita harus memiliki kebebasan dan kemampuan untuk menentukan pilihan.
Tapi dia mengakui khawatir tentang betapa terbatasnya informasi yang didapat anak-anak kita di sekolah sehingga banyak menyalahkan korban saat dihadapkan pada skenario pemerkosaan.
Menurutnya, banyak anak yang mencontoh sikap itu dari orang-orang terdekat.
Dia melihat seorang siswa di sebuah halte bus yang melingkarkan tangannya di pinggang salah seorang siswi dari kelas yang diajarnya dan terlihat meraba-rabainya.'
"Siswi itu sepertinya tidak menginginkannya, jadi saya katakan kepadanya: 'Kamu berhak untuk mengatakan tidak, dia tidak boleh menyentuh kamu.'"
"Saya jelaskan bahwa anak lelaki itu harus minta izin dulu , dan dia menjawab: 'Tapi mereka selalu meraba-raba saya.'"
Sea, yang biasanya berbicara dengan anak laki-laki dan perempuan berusia antara 14 dan 17 tahun ini, berpikir bahwa masalah seperti itu akan terus terjadi, jika kita tidak mengajarkan mereka untuk mengatakan "tidak" sejak usia dini.
Kita harus membicarakan hal ini dengan mereka sejak di sekolah dasar, kata Sea.
Dan di saat itulah semua dimulai, katanya, sambil mengenang kembali masa-masa sekolahnya. saat itu, katanya, anak laki-laki melakukan berbagai hal yang mereka anggap lucu, seperti membuka-buka kemeja anak perempuan, mengangkat rok mereka, mencolek bokong dan menarik bra mereka.
"Itu tentang rasa malu dan penghinaan," katanya.