Klinik transgender Dili: nasib LGBT di Timor Leste lebih baik dibanding di Indonesia?
Sebuah klinik di Dili melayani transgender dan dikelola transgender, mulai dari staf, relawan, hingga penyuluh kesehatannya. Bagaimana nasib
Bagaimana reakasi para siswa-siswi SMA, terhadapnya yang datang dengan identitas sebagai seorang transgender?
"Mereka baik sekali sambutannya pada saya. Tidak ada yang mengolok-ngolok," kata Romi, dengan muka berbinar.
Menurutnya, situasi komunitas LGBT sekarang di timor Leste sudah jauh lebih baik dibanding beberapa tahun lalu.
"Dulu sering diejek orang. Sekarang pun masih ada juga, tapi sudah jauh lebih sedikit."
"Dan sekarang, komunitas transgender juga sudah lebih berani untuk mengenakan pakaian sebagai transgende perempuan, kalau dulu, masih takut-takut.
Keadaan ini, diakuinya, jauh lebih baik dibanding yang dialami kalangan LGBT di banyak negara lain, termasuk di Indonesia.
Ia mengatakan, kpomunitas transgender juga merasa leluasa untuk berkumpul di kafe tertentu di Dili, di hari tertentu, untuk brsantai, tanpa merasa kuatir digrebek.
"Di sini, tidak ada persekusi, atau ramai-ramai yang yang membubarkan kami. Paling-paling, masih ada yang mengejek penampilan kami. Tapi saya kasih pengertian, lalu mereka menerima."
Ia bersyukur karena keberadaan mereka diakui oleh negara, dan dijamin konstutusi. Bahkan banyak di antara kalangan transgender, termasuk Romiyati sendiri, dilibatkan dalam berbagai program Kementerian Kesehatan.
"Kami dilibatkan bukan hanya untuk berbagi pengalaman atau ikut penyukuhan HIV/AIDS. Tapi juga untuk mempromosikan hak-hak sebagai LGBT yang setara dengan orang lain," kata ROmiyati.
"Karena kami juga sama dengan yang lainnya, rakyat Timor Leste juga."