Virus Corona
Amerika Serikat Mulai Mengevakuasi Warganya yang Berada di Wuhan
Kedutaan Besar AS di China sedang membuat pengaturan untuk memindahkan orang-orang yang bekerja di Konsulat Jenderal AS di Wuhan.
Penulis:
Febby Mahendra
Editor:
Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, WUHAN - Kedutaan Besar AS di China sedang membuat pengaturan untuk memindahkan orang-orang yang bekerja di Konsulat Jenderal AS di Wuhan.
Kedutaan mengatakan ada penerbangan yang dijadwalkan berangkat Selasa dan terbang langsung ke San Francisco, tetapi kapasitas untuk warga negara sangat terbatas.
"Jika kemampuan untuk membawa semua orang tidak memadai, prioritas akan diberikan kepada individu yang berisiko lebih besar terkena virus corona," kata Kedutaan Besar AS dalam websitenya, Minggu (26/1/2020).
Pesawat berkapasitas 230 orang akan membawa personel Konsulat Jenderal AS, keluarga mereka, serta warga negara AS.
Pemerintah AS telah mendapat persetujuan dari Kementerian Luar Negeri China dan lembaga pemerintah lainnya, setelah negosiasi dalam beberapa hari terakhir.
AS berencana menutup untuk sementara waktu konsulat di Wuhan.
Pemerintah Rusia juga tengah berkomunikasi dengan pemerintah China, membahas kemungkinan mengevakuasi warga negara Rusia dari Kota Wuhan dan Provinsi Hubei.
Sejauh ini belum ada laporan warga negara Rusia di China terinfeksi virus corona.
Terkait virus menghebohkan itu Inggris mengeluarkan peringatan kepada warganya agar tidak melakukan semua perjalanan ke Provinsi Hubei di China.
Baca: Butuh Waktu Paling Cepat Satu Tahun Bikin Vaksin Corona
Baca: Ombudsman Desak Pemerintah Siapkan Crisis Center Antisipasi Virus Corona
Dalam peringatan perjalanan itu, Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris memberitahu masyarakat untuk meninggalkan Provinsi Hubei.
"Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran (FCO) menganjurkan untuk tidak melakukan semua perjalanan ke Provinsi Hubei. Bila Anda berada di wilayah itu dan sanggup meninggalkan, Anda harus tinggalkan," begitu permintaan Kementerian Luar Negeri dan Persemakmuran dalam websitenya.
Hasil penelitian sementara menyebutkan virus itu erat kaitannya dengan kelelawar.
Tetapi para peneliti melakukan analisis bioinformatika yang lebih rinci menunjukkan virus corona mungkin berasal dari ular.

Dalam kasus wabah kali ini laporan menyatakan sebagian besar kelompok pasien pertama yang dirawat di rumah sakit adalah pekerja atau pelanggan di pasar grosir makanan laut Wuhan.
Di lokasi itu dijual daging olahan dan hewan konsumsi seperti unggas, keledai, domba, babi, unta, rubah, musang, tikus bambu, landak, dan reptil.
Namun, karena tidak ada yang pernah melaporkan menemukan virus corona yang menginfeksi hewan air, masuk akal coronavirus mungkin berasal dari hewan lain yang dijual di pasar itu.
Baca: Daftar 13 Negara yang Konfirmasi Terkena Wabah Virus Corona, Jumlah Penderita di Malaysia Bertambah
Baca: VIRAL! Diduga Terkena Virus Corona, Dua Bocah Ditinggal Orangtuanya di Bandara, Penumpang Heboh
11 Orang Tewas Dalam Sehari
Virus corona terus membawa korban tewas di daratan China, dari semula 41 menjadi 52 orang alias bertambah 11 orang, hanya dalam tempo satu hari.
Selain itu virus tersebut juga menjangkiti tiga dokter sepulang mereka dari Provinsi Hubei, lokasi asal wabah virus corona.
Secara keseluruhan wabah virus tersebut berjumlah 1.287 kasus, baik yang positif maupun baru terduga (suspect), di seluruh wilayah daratan Tiongkok.
Dari jumlah itu, sebanyak 549 kasus di antaranya berasal dari Provinsi Hubei dan 85 orang dinyatakan negatif dan telah diizinkan meninggalkan ke rumah sakit.
Di Beijing, ibu kota China, terdapat 10 kasus baru, termasuk tiga orang dokter, sehingga sampai saat ini totalnya 51 kasus.
Dari tiga dokter asal Beijing itu, dua di antaranya telah melakukan perjalanan ke Wuhan, sedangkan satunya lagi sempat duduk bersama dengan seorang pengidap dalam sebuah rapat di Wuhan, seperti laporan CGTN, stasiun televisi resmi pemerintah China.
Baca: Korban Tewas di China Bertambah 11 Orang Hanya Dalam Tempo Satu Hari
Baca: Detik-detik Saat Helikopter yang Ditumpangi Kobe Bryant Jatuh, Terdengar Dentuman Keras
Mulai Minggu (26/1/2020), Dinas Lalu Lintas Jalan Raya Kota Beijing menutup semua akses kendaraan penumpang dan barang antarprovinsi.
Sebuah perusahaan bus antarprovinsi dari Bandar Udara Internasional Daxing, Beijing, telah menghentikan layanan ke luar provinsi sejak Sabtu.
Mulai Jumat, petugas kesehatan dibantu aparat kepolisian mendatangi setiap rumah atau apartemen di Beijing untuk memastikan tidak ada warga dari Wuhan atau baru saja bepergian dari Wuhan.
Provinsi Hubei, beribu kota di Wuhan, menghadapi kekurangan tenaga medis.
Petugas kesehatan di Wuhan, termasuk empat yang dihubungi CNN melalui telepon, mengeluh kewalahan dan kekurangan personel untuk mengatasi krisis.
"Seluruh Wuhan kekurangan personel," kata seorang petugas kesehatan yang berbasis di Wuhan.
Ia juga mengatakan memerlukan lebih banyak pakaian pelindung, kacamata pelindung, dan masker.
Wang Jiangping, Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi, mengatakan Hubei membutuhkan sekira 100 ribu pakaian pelindung per hari.
Namun 40 pabrik di seluruh negeri hanya mampu memproduksi 30 ribu setiap hari.
Wang mengatakan pemerintah berusaha membuat pabrik-pabrik membatalkan libur tahun baru sehingga dapat memproduksi pakaian pelindung.
Selain itu juga mengalihkan produk ekspor untuk kebutuhan dalam negeri.
Selain itu terjadi kekurangan produksi masker karena warga China memborong persediaan penutup mulut dan hidung tersebut.
Pemerintah China telah meminta para produsen untuk membatalkan liburan Tahun Baru Imlek untuk melanjutkan produksi masker.
Keputusan itu diambil untuk menjamin pasokan pasar dan memenuhi kebutuhan produksi.
Sebanyak 30 pabrik kini telah memulai produksi, total mampu menghasilkan 8 juta masker per hari. (cnn/feb)