Jumat, 29 Agustus 2025

Virus Corona

Tak Ada Pemberitaan Soal Virus Corona di Korut?

Pemerintah Korea Utara melaporkan kepada WHO tanggal 13 Maret lalu, di negara itu tidak ada satu pun kasus Covid-19.

Andolu New Agency
Ilustrasi Virus Corona 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seperti biasanya, tidak ada data-data yang bisa dikonfirmasi dari Korea Utara, sehingga yang beredar hanya propaganda, dugaan-dugaan dan spekulasi.

Tapi pada bulan Januari, harian nasional Rodong Sinmum sudah menulis tentang virus corona, dan menyebutkan bahwa perjuangan melawan virus ini adalah pertaruhan "keberlangsungan bangsa”.

Pemerintah Korea Utara melaporkan kepada WHO tanggal 13 Maret lalu, di negara itu tidak ada satu pun kasus Covid-19.

Baca: KM Lambelu Sempat Dilarang Bersandar di NTT, Begini Penjelasan Pelni

Baca: Sektor Usaha Apa Saja yang Boleh Tetap Beroperasi Selama Pemberlakuan PSBB?

Saat itu negara tetangganya, Cina, sudah melaporkan ada lebih dari 800.000 kasus Covid-19, sedangkan di Korea Selatan sekitar 8.000 kasus.

Di Korea Utara sendiri sudah diberlakukan karantina dan pembatasan sejak awal tahun sampai sekarang. Penerbangan dan kereta api berhenti beroperasi, sekolah dan universitas diliburkan, warga asing yang ada di wilayahnya diwajibkan melakukan karantina 30 hari, termasuk para diplomat.

Jerman sudah menarik pulang para diplomatnya akhir Februari lalu.

Yang penting tes rudal, bukan ancaman virus corona

Seperti ingin membuktikan bahwa corona sama sekali bukan masalah, Korea Utara bulan Maret melakukan empat uji coba rudal balistik.

Ketika itu, hampir seluruh negara dunia sedang sibuk menghadapi penyebaran Covid-19 yang sangat cepat.

Penguasa Korea Utara Kim Jong Un memang sudah mengumumkan  sejak awal tahun, bahwa negaranya tidak terikat lagi kepada kesepakatan menghentikan ujicoba atom, dan akan kembali melakukan tes rudal balistik, sekalipun itu berarti melanggar sanksi PBB.

"Sangat tidak mungkin” tidak ada kasus infeksi corona di Korea Utara, kata Andray Abrahamian, dosen di Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas George Mason di Incheon, Korea Selatan. Pakar politik asal Inggris itu dalam 15 tahun terakhir sudah beberapa kali berkunjung ke Korea Utara.

Baca: Data RI Soal Corona Diragukan, MPR Minta Pemerintah Pusat Mendata hingga ke Klinik

Baca: Warga Pademangan Jakarta Jadi Korban Kecelakaan Maut di Kota Denpasar

Tapi sekarang makin sedikit informasi, karena makin sedikit orang yang bisa melakukan perjalanan ke Korea Utara, katanya.

Propaganda dan infrastruktur kesehatan yang buruk

Memang sulit dibayangkan bahwa virus corona berhenti di perbatasan ke Korea Utara, apalagi mengingat bahwa negara itu memiliki perbatasan darat yang panjang dengan Cina, sekitar 1400 kilometer.

Tanpa bantuan dan hubungan dagang dengan Cina, Korea Utara sulit bertahan secara ekonomi.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan