Pemilu Amerika: Semua TPS telah ditutup, jumlah pengguna suara menuju 'rekor partisipasi terbanyak dalam satu abad' sekaligus pemilu 'paling memecah belah'
Hasil penghitungan suara pemilihan presiden AS dari sejumlah negara bagian telah bermunculan. Jumlah pemilih dalam pilpres kali ini ditengarai
Di Philadelphia, Shinta, seorang warga AS asal Indonesia, menyaksikan sejumlah toko memasang papan sebagai langkah antisipasi.
"Kalau mungkin terjadi kerusuhan dan mungkin protes dan lain sebagainya setelah pemilu, memang beberapa bisnis di pusta kota memang memasang papan-papan untuk menjaga toko-toko dan bisnis mereka," kata Shinta kepada BBC News Indonesia.
Ritel Saks 5th Avenue dan Nordstrom, serta jaringan farmasi CVS termasuk toko-toko yang mengambil tindakan jaga-jaga dengan menutup jendela kaca dengan papan.
Walmart mengatakan pekan lalu mereka untuk sementara menarik senjata dan amunisi dari rak pajangan di ribuan jaringan supermarket itu di Amerika Serikat.
Walmart mengatakan khawatir terjadinya kerusuhan. Sehari kemudian, mereka mencabut keputusan itu.
Polisi di Rodeo Drive, Los Angeles, pertokoan terkenal di Berverly Hills, California, ditutup pada Selasa (03/11).
Harus menang 270 suara dalam "electoral college"

Untuk menjadi presiden terpilih, seorang calon harus memenangkan paling sedikit 270 suara elektoral dalam sistem yang disebut electoral college.
Setiap negara bagian di AS diberi jatah suara tertentu berdasarkan jumlah penduduk. Secara total ada 538 suara untuk diperebutkan.
Sistem ini memungkinkan seorang calon menang dalam perolehan suara secara nasional, seperti Hillary Clinton pada 2016 - namun kalah dalam pemilu karena kalah dalam electoral college.
Pemilu pada 3 November ini diselenggarakan di tengah pandemi virus corona.
Amerika Serikat mencatat kasus dan kematan tertinggi di seluruh dunia, dengan jumlah kasus harian mencapai 84.000 pada Senin (02/11).
Kampanye terakhir Trump dan Biden menjelang pemilu
Pada Senin (02/11), Presiden Trump berkeliling ke empat negara bagian kunci.
Di North Carolina, Trump mengatakan kepada para pendukungnya, "tahun depan akan menjadi tahun terhebat dalam sejarah ekonomi negara kita."

Perekonomian Amerika mencatat pertumbuhan 33% dalam kuartal terakhir tahun ini, menyusul kontraksi 31% dalam kwartal kedua di tengah krisis akibat virus corona.