Konflik Rusia Vs Ukraina
Sederet Senjata Canggih yang Tidak Dikirim AS ke Ukraina, Khawatir Buat Putin Berang
Berikut sederet senjata yang didapatkan dan tidak diberikan AS kepada Ukraina salah satunya karena dapat memicu kemarahan Rusia.
Penulis:
Ika Nur Cahyani
Editor:
Miftah
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) dan sekutunya memutuskan akan mengirim senjata canggih kepada Ukraina setelah pertemuan lebih dari 50 negara di Brussels awal pekan ini.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin dan Kepala Staf Gabungan AS Mark Milley telah membahas rencana pengiriman bantuan senjata pertahanan udara serta meningkatkan pelatihan kepada militer Ukraina.
"Kami tahu bahwa Ukraina masih membutuhkan lebih banyak tembakan jarak jauh, dan sistem pertahanan udara dan sistem artileri bersama dengan kemampuan penting lainnya," kata Austin, Rabu (12/10/2022).
Dia mengatakan, sekutu telah berdiskusi tentang sejumlah sistem pertahanan udara.
Dilansir Al Jazeera, sejauh ini AS telah memberikan 20 sistem roket artileri mobilitas tinggi (HIMARS) dan 18 unit tambahan.
Pentagon berjanji akan mengirimkan dua Sistem Rudal Permukaan-ke-Udara Tingkat Lanjut Nasional (NASAMS) ke Ukraina dalam beberapa pekan mendatang.
Baca juga: Ukraina Rebut Kembali 600 Pemukiman yang Diduduki Pasukan Rusia dalam Sebulan Terakhir
Senjata ini berfungsi sebagai pertahanan jarak menengah hingga jarak jauh terhadap rudal Rusia.
Sementara itu, Jerman kini dalam proses mengirimkan sistem rudal permukaan-ke-udara IRIS-T pertamanya kepada Kyiv.
Berlin akan memberikan empat unit senjata yang memiliki jangkauan hingga 40 km ini.
Secara keseluruhan, AS telah menggelontorkan dana senilai $16,8 miliar dalam bentuk senjata dan lainnya sejak invasi Ukraina dimulai.
Itu meliputi ratusan kendaraan lapis baja, 142 unit 155mm Howitzer beserta 880.000 amunisinya, ribuan anti-tank Javelin, serta senjata anti-pesawat Stinger beserta 60 juta pelurunya.
Senjata yang Tidak Dikirim
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky telah berulang kali menegaskan bahwa negaranya membutuhkan senjata yang lebih canggih untuk melawan Rusia.
Pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan serangan udara menggunakan drone dan rudal serta artileri berat sebagai tanggapan atas insiden ledakan di jembatan penghubung Krimea dan Rusia.
Rusia juga sedang berusaha mengalahkan serangan balasan dari pasukan Ukraina, yang baru saja merebut kembali lima kota dan desa di wilayah Kherson.