Ingin Gabungkan Islam-Konghucu, Xi Jinping Berencana Buat Alquran Versi China
Xi Jinping berencana untuk membuat Alquran versi China dalam rangka untuk menggabungkan agama Islam dengan Konghucu.
Penulis:
Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor:
Tiara Shelavie
Tulisan tersebut dikenal sebagai Kitab Han.
Baca juga: Pemerintah China Larang Minoritas Muslim Uighur Beribadah Puasa
Sedangkan Kitab Han merupakan konsep Konfusianisme untuk menjelaskan teologi Islam.
Alhasil, pemerintah China bersama dengan pejabat ingin memadukan Islam dengan Konfusianisme dengan cara merilis Alquran baru yang diterjemahkan dalam bahasa Tiongkok dan merujuk terhadap 'semangat zaman.'
"Sinifikasi Islam di Xinjiang harus merefleksikan aturan historis terkait bagaimana masyarakat berkembang terhadap konsolidasi kekuatan politik, penenangan masyarakat, dan pembangunan budaya budaya," kata profesor di Institus Pusat Sosialisme China, Wang Zhen.
Islam Dianggap Ancaman di China

Partai Komunis China telah sejak lama menganggap Islam sebagai ancaman terhadap keunggulan mereka.
Selama lebih dari sedekade, pemerintah China kerap menganiaya Muslim di negara tersebut seperti etnis Uighur dan Hui.
Baca juga: Perjalanan Karier Dilraba Dilmurat, Aktris Keturunan Suku Minoritas Uighur
Sejumlah Muslim Hui mengungkapkan bahwa Muslim di China tidak lagi mempertahankan gaya hidup yang sejalan dengan aturan Islam tradisional.
"Pemerintah China memulai dengan menghancurkan tempat keagamaan di mana umat Islam mempraktikan keyakinannya dan kemudian memaksa kami berasimilasi dengan norma-norma agama yang ditetapkan oleh mereka," ujarnya seorang perempaun bermarga Ma.
Tanggapan Novi Basuki
Penulis Novi Basuki memberi tanggapan terkait kabar Xi Jinping berencana 'memodifikasi' Alquran.
Novi Basuki menyebut yang diganti adalah penerjemahan penafsiran terhadap Alquran.
Hal itu disampaikan Novi Basuki melalui video yang diunggah di akun TikTok @novi.basuki, Senin (25/9/2023).
"Padahal bukan Alqurannya yang direvisi, tapi penerjemahan penafsiran terhadap Alquran itu supaya penafsiran dan penerjemahannya bisa selaras dengan zaman yang terus berubah," ungkapnya.
Novi Basuki lantas mencontohkan istilah salat yang tidak ditemukan dalam Alquran terjemahan bahasa mandarin.
"Kenapa harus terminologi konfusianisme yang harus dipakai di Tiongkok, karena misalnya dalam Islam ada istilah salat, dalam Alquran terjemahan mandarin tidak akan pernah ditemukan istilah salat," papar dia.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.