Konflik Palestina Vs Israel
Mossad Membangkang, Tolak Perintah Netanyahu Bunuh Pemimpin Hamas Demi Jaga Diplomasi
Dalih selamatkan sandera dan jaga diplomasi, Mossad tolak perintah operasi darat PM Benjamin Netanyahu untuk bunuh para pemimpin Hamas di Doha.
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Badan mata-mata Israel, Mossad membelot dan tolak perintah PM Benjamin Netanyahu untuk melaksanakan operasi darat yang bertujuan membunuh para pemimpin Hamas di Doha, Qatar.
Penolakan tersebut mencuat usai Washington Post melaporkan bahwa petinggi Mossad Israel menolak rencana untuk menggunakan agen darat guna membunuh pemimpin Hamas yang berada di ibu kota Qatar pada awal pekan lalu.
Adapun pejabat tinggi pertahanan Israel yang menolak perintah Netanyahu yakni Kepala staf IDF Eyal Zamir, Kepala Mossad David Barnea, dan Penasihat Keamanan Nasional Tzachi Hanegbi
Mossad menilai keputusan ini perlu diambil karena khawatir tindakan tersebut bisa mengganggu perundingan gencatan senjata sandera.
Sebagai gantinya Mossad Israel melakukan serangan udara menggunakan rudal balistik yang diluncurkan dari pesawat F-15 dan F-35 melintasi Laut Merah.
Serangan dirancang untuk menghindari masuknya jet tempur ke wilayah udara Saudi, sekaligus meminimalkan risiko korban sipil di Doha. Namun, serangan ini diyakini gagal membunuh pemimpin Hamas.
Informasi ini diperkuat ketika Hamas mengumumkan bahwa pemimpinnya, Khalil al-Hayya, masih hidup dan menggelar pemakaman untuk putranya yang gugur, sebagaimana dikutip dari The Times of Israel.
Alasan Mossad Tolak Perintah Netanyahu
Selain dalih menyelamatkan nyawa sandera, keputusan Mossad menolak perintah Netanyahu didasari sejumlah alasan lainnya.
Baca juga: Presiden Israel Isaac Herzog Respons Langkah Qatar Gelar KTT Darurat dengan Sejumlah Negara Arab
Alasan pertama, Mossad tidak ingin merusak hubungan dengan Qatar.
Kepala Mossad, David Barnea menilai operasi darat dapat membahayakan hubungan yang telah dibangun dengan Qatar, yang menjadi tuan rumah Hamas dan berperan sebagai mediator utama dalam perundingan gencatan senjata.
Alasan kedua, Mossad memiliki strategi jangka panjang untuk menarget pemimpin Hamas.
Badan intelijen menilai operasi bisa dilakukan kapan saja dalam satu, dua, atau empat tahun ke depan.
Mereka mengetahui cara menangkap atau menarget pemimpin Hamas tanpa harus terburu-buru.
Dengan menunda operasi mereka berharap bisa memilih waktu yang lebih aman bagi sandera, diplomasi, dan operasi itu sendiri, sehingga menghindari potensi konflik atau kegagalan yang besar.
Picu Dampak Diplomatik
Kendati operasi Mossad gagal membunuh petinggi Hamas, namun serangan tersebut menuai reaksi keras dari pemerintah Qatar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.