Konflik Palestina Vs Israel
Mengaku Tak Ingin Duduki Gaza setelah Perang Berakhir, Netanyahu Tak Terima PA yang Ambil Alih
Mengaku tidak ingin menguasai Gaza, PM Israel Benjamin Netanyahu juga tidak setuju bila Otoritas Palestina (PA) yang mengambil alih,
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Sabtu (11/11/2023) bahwa Israel tidak akan mendukung pemerintah yang dipimpin Otoritas Palestina (PA) di Gaza setelah perang selesai.
Padahal sebelumnya, Netanyahu mengaku tidak berniat menduduki Gaza.
Pemerintahan AS mendesak Israel agar tidak menduduki Gaza ketika perang kali ini berakhir.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan minggu ini bahwa PA-lah yang seharusnya memegang kendali atas Gaza dan juga Tepi Barat.
Tetapi Netanyahu mengatakan pada hari Sabtu bahwa Israel akan mempertahankan kontrol keamanan secara keseluruhan di Gaza, The Hill melaporkan.
"Kotrol keamanan itu termasuk kemampuan untuk masuk kapan pun untuk memberantas teroris yang mungkin muncul lagi," ujarnya.
Baca juga: Netanyahu Akui Tak Berniat Duduki Gaza setelah Perang Israel-Hamas Berakhir
“Saya akan memberitahu Anda apa yang tidak akan ada. Tidak akan ada Hamas."
“Juga tidak akan ada otoritas sipil yang mendidik anak-anaknya untuk membenci Israel, membunuh warga Israel, dan melenyapkan Negara Israel."
"Tidak mungkin ada otoritas yang membayar keluarga para pembunuh berdasarkan jumlah yang mereka bunuh.”
“Tidak akan ada otoritas yang pemimpinnya masih belum mengutuk serangan mengerikan yang terjadi 30 hari kemudian,” lanjutnya, menyinggung Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas.
"Itu tidak akan ada."
Mengaku Tidak Berniat Menduduki Gaza
Dalam sebuah wawancara sebelumnya yang disiarkan pada Kamis (9/11/2023) oleh Fox News, Benjamin Netanyahu mengatakan Israel tidak akan “berusaha menduduki Gaza” setelah berakhirnya konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas.
“Kami tidak berupaya menaklukkan Gaza, kami tidak berupaya menduduki Gaza, dan kami tidak berupaya memerintah Gaza,” kata Netanyahu.
“Kita harus menemukan pemerintahan, pemerintahan sipil yang akan ada di sana."
"Tapi di masa mendatang, kita harus memastikan hal ini tidak terjadi lagi,” lanjut Netanyahu.

Baca juga: Israel Terus Luncurkan Serangan, WHO Sebut Kehilangan Kontak dengan RS Al-Shifa
Pernyataan Netanyahu itu pun berkebalikan dengan pernyataannya sebelumnya, di mana ia berkata Israel akan mengambil tanggung jawab keamanan secara keseluruhan di Gaza setelah perang.
“Saya pikir Israel, untuk jangka waktu yang tidak terbatas, akan memikul tanggung jawab keamanan secara keseluruhan, karena kita telah melihat apa yang terjadi jika kita tidak memilikinya,” kata Netanyahu dalam wawancara dengan ABC News pada Senin (6/11/2023).
“Ketika kita tidak mempunyai tanggung jawab keamanan, yang kita alami adalah meletusnya serangan Hamas dalam skala yang tidak dapat kita bayangkan.”
Komentar Netanyahu dalam beberapa hari terakhir mengenai kendali militer atas Gaza pascaperang telah menimbulkan kekhawatiran di Washington.
Amerika khawatir pendudukan baru dapat mengganggu stabilitas Timur Tengah.
Israel pernah menduduki Gaza dari tahun 1967 hingga 1996 dan menerapkan pembatasan ketat di wilayah tersebut.
Beberapa akademisi berpendapat bahwa pendudukan tersebut tidak pernah berakhir.
Dalam percakapan dengan Sultan Oman pada Jumat (10/11/2023), Presiden AS Joe Biden menekankan pentingnya pemerintahan dan negara Palestina yang merdeka.
Ia menggarisbawahi tujuan tersebut sebagai bagian penting dari strategi pemerintahannya di Timur Tengah.
Saat ini, militer Israel sedang melakukan invasi darat ke Gaza utara di tengah perangnya dengan Hamas, dan telah mengepung Kota Gaza.
Perang tersebut telah menewaskan sekitar 11.000 warga Palestina, termasuk lebih dari 4.000 anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.