Selasa, 2 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Cawe-cawe AS di Laut Merah, Kebodohan Lawan Houthi yang Bahayakan Satu Dunia Demi Israel

belum ada kepastian kalau armada Barat pimpinan AS yang berkumpul di sepanjang pantai Yaman dapat mengalahkan Houthi secara militer

US CENTCOM
Kapal induk Amerika Serikat, USS Dwight D Eisenhower melewati Selat Hormuz menuju perairan Teluk. Gambar diambil pada 26 November 2023. 

Dia memaparkan, jalur pelayaran di atas menyumbang 12 persen dari seluruh perdagangan global dan 30 persen dari seluruh pelayaran peti kemas.

Angka itu serta sekitar 8 persen dari seluruh perdagangan global baik minyak maupun LNG, dengan total nilai tahunan lebih dari satu triliun dolar AS.

Saat ini, dia menyebut, hanya kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel yang berada dalam risiko serangan Houthi Yaman.

"Bahkan risiko tersebut dapat dihilangkan sepenuhnya dengan penghentian serangan Israel terhadap Gaza dan Tepi Barat," kata Bentley.

Namun jika AS menyerang Yaman, tulis dia, Houthi akan membalasnya.

"Dan mereka (Houthi Yaman) memiliki kemampuan untuk menenggelamkan kapal Angkatan Laut AS di Laut Merah dan Teluk Aden. Dan ketika hal ini terjadi, Laut Merah menjadi zona perang yang aktif, dan kemudian, semua pertaruhan dibatalkan, begitu pula dengan semua pelayaran di Laut Merah, dan 12 persen dari seluruh perdagangan global. Pikirkan tentang itu…," ulas Bentley soal skenario meluasnya perang yang berdampak global gegara aksi AS melindungi Israel.

Baca juga: Milisi Regional Bergerak, Kataib Hizbullah: Serang Hingga Tentara Terakhir AS Angkat Kaki dari Irak

Kapal Induk AS (atas) dan rudal balistik antikapal milis Houthi yang disediakan Iran. Houthi dan AS di ambang perang terbuka setelah Pentagon mengumumkan menggelar operasi koalisi keamanan di Teluk Aden.
Kapal Induk AS (atas) dan rudal balistik antikapal milis Houthi yang disediakan Iran. Houthi dan AS di ambang perang terbuka setelah Pentagon mengumumkan menggelar operasi koalisi keamanan di Teluk Aden. (Kolase Tribunnews)

Aksi Bodoh yang Merugikan Sendiri dan Negara di Dunia

Dalam ulasannya tersebut, Bentley menekankan kalau saat ini AS dan negara-negara Barat sudah dalam tekanan ekonomi lantaran konflik-konlik yang terjadi di mana mereka turun tangan, termasuk perang Rusia-Ukraina dan Perang Gaza antara kelompok pembebasan Palestina, Hamas dan Tentara Israel.

Menekan tombol perang di Laut Merah, kata dia, sama saja AS melakukan aksi bodoh yang merugikan tidak hanya negaranya namun juga banyak negara di dunia.

"Perekonomian negara-negara Uni Eropa sudah mengalami penurunan yang serius. Utang nasional AS mencapai lebih dari 33 TRILIUN dolar AS, dan era status mata uang cadangan dolar AS dalam perdagangan global akan segera berakhir," kata dia.

Bentley menjelaskan, penurunan perdagangan global sebesar 12 persen dalam semalam hampir pasti akan menyebabkan negara-negara UE mengalami depresi ekonomi, setara dengan Depresi Besar yang terjadi hampir 100 tahun yang lalu.

"Seperti telah saya katakan berkali-kali sebelumnya, perang ekonomi dan perang militer adalah dua sisi dari mata uang yang sama," katanya.

Kelompok Ansarallah di Yaman mengadakan parade militer besar-besaran untuk memamerkan persenjataan canggih mereka, termasuk rudal balistik, kapal angkatan laut, dan kendaraan lapis baja.
Kelompok Ansarallah di Yaman mengadakan parade militer besar-besaran untuk memamerkan persenjataan canggih mereka, termasuk rudal balistik, kapal angkatan laut, dan kendaraan lapis baja. (Photo Credit: Saba News Agency)

Keunggulan Houthi

Bentley mengklaim, kelompok Houthi memiliki keunggulan ekonomi yang besar berdasarkan geografi mereka untuk mempengaruhi dan bahkan mengancam aktivitas ekonomi global.

"Dan mereka telah membuktikan kemampuan dan kemauan mereka untuk memanfaatkannya (sumber daya)," kata dia.

Faktor lain, belum ada kepastian kalau armada Barat yang berkumpul di sepanjang pantai Yaman dapat mengalahkan Houthi secara militer tanpa kerugian yang tidak dapat diterima dan tidak berkelanjutan.

Bentley mengutip data dari Fabian Hinz, seorang peneliti di Institut Internasional untuk Studi Strategis yang berbasis di London, menyebut Houthi memiliki dua jenis rudal balistik anti-kapal yang besar.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan