Nicolas Maduro Klaim Kemenangan dalam Pemilu Presiden di Venezuela
Nicolas Maduro dinyatakan sebagai pemenang pemilihan presiden Venezuela pada hari Minggu (29/07) , tetapi pihak oposisi dan beberapa…
Pihak oposisi telah mengerahkan sekitar 90.000 pemantau pemilu sukarela ke tempat pemungutan suara di seluruh negeri.
Berlangsungnya pemilu hari Minggu (28/07) adalah hasil dari kesepakatan yang dimediasi tahun lalu antara pemerintah dan oposisi.
Kesepakatan untuk mengadakan pemungutan suara tersebut menyebabkan Amerika Serikat untuk sementara waktu meringankan sanksi yang dijatuhkan setelah pemilihan ulang Maduro tahun 2018, yang ditolak sebagai penipuan oleh puluhan negara Barat dan Amerika Latin. Namun keringanan sanksi dicabut kembali setelah Maduro mengingkari persyaratan yang disepakati.
Memengaruhi migrasi
Kesengsaraan ekonomi di negara Amerika Selatan tersebut telah menjadi penyebab utama tekanan migrasi di perbatasan selatan AS.
Sebagian besar warga Venezuela hidup hanya dengan beberapa dolar sebulan, dengan sistem perawatan kesehatan dan pendidikan negara tersebut yang rusak dan penduduknya mengalami kekurangan listrik dan bahan bakar yang parah.
Pemerintah menyalahkan sanksi luar negeri, tetapi pengamat juga menuding korupsi dan inefisiensi pemerintah. Machado mengatakan minggu sebelumnya bahwa jika Maduro "meraih kekuasaan... tiga, empat, lima juta" warga Venezuela lainnya kemungkinan akan ikut eksodus.
"Apa yang dipertaruhkan di sini melampaui batas negara kita, melampaui Venezuela," katanya.
Kekhawatiran atas kewajaran pemungutan suara sebelumnya muncul ketika pemerintahn di Caracas memblokir beberapa pengamat internasional, termasuk empat mantan presiden Amerika Latin, pada menit terakhir.
Sekitar 21 juta warga Venezuela terdaftar sebagai pemilih, tetapi hanya sekitar 17 juta yang masih berada di negara itu yang memenuhi syarat untuk memberikan suara.
ap/hp (afp, rtr, ap, dpa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.