Sabtu, 16 Agustus 2025

Konflik Suriah

Sergey Lavrov Ungkap Keterlibatan AS dan Inggris di Suriah

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, baru-baru ini menyoroti keterlibatan Amerika Serikat (AS) dan Inggris dalam konflik Suriah.

AFP/MOHAMMED AL-RIFAI
Pemandangan udara ini menunjukkan benteng bersejarah Aleppo dan sekitarnya setelah para jihadis dan sekutu mereka memasuki kota Suriah utara, pada 30 November 2024. - Para jihadis Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan sekutu mereka yang didukung Turki menerobos kota kedua Suriah, Aleppo, pada 29 November, saat mereka melancarkan serangan kilat terhadap pasukan pemerintah yang didukung Iran dan Rusia. (Photo by Mohammed AL-RIFAI / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, baru-baru ini menyoroti keterlibatan Amerika Serikat (AS) dan Inggris dalam konflik Suriah.

Dalam sebuah wawancara dengan jurnalis AS, Tucker Carlson, Lavrov mengungkapkan bahwa Rusia memiliki bukti yang menunjukkan dukungan AS dan Inggris kepada kelompok militan yang terafiliasi dengan Al-Qaeda di wilayah tersebut.

Apa yang Diungkapkan Lavrov tentang Keterlibatan AS dan Inggris?

Dalam wawancaranya yang ditayangkan pada 5 Desember 2024, Lavrov menyatakan, "Ya, kami punya beberapa informasi. Informasi yang beredar dan sudah menjadi domain publik menyebutkan antara lain Amerika, Inggris, dan beberapa orang mengatakan Israel tertarik untuk memperburuk situasi ini." Ia menekankan bahwa Suriah adalah arena konflik yang melibatkan berbagai aktor dengan kepentingan yang berbeda-beda.

Kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, baru-baru ini melancarkan serangan dari Idlib dan berhasil menguasai wilayah Aleppo dan Hama.

Lavrov mengkritik tindakan AS yang melatih kelompok separatis Kurdi di wilayah timur Suriah, yang menurutnya memanfaatkan keuntungan dari penjualan minyak dan gandum.

Apa Peran Rusia, Iran, dan Turki dalam Konteks Ini?

Lavrov juga menegaskan peran Rusia, Iran, dan Turki sebagai penengah dalam gencatan senjata di Suriah.

Sejak 2017, ketiga negara ini telah berusaha mencari solusi damai dalam konflik yang telah berlangsung selama bertahun-tahun ini.

"Saya telah berbicara dengan Menlu Turki dan Iran dan berencana untuk bertemu kembali dengan mereka pada hari Jumat di sebuah konferensi di Qatar," ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya pelaksanaan ketat dari kesepakatan mengenai Idlib, yang merupakan lokasi munculnya para teroris.

Menurutnya, situasi ini memerlukan perhatian dan kerjasama dari semua pihak yang terlibat untuk mencari penyelesaian yang berkelanjutan.

Apa yang Terjadi di Suriah Saat Ini?

Dalam perkembangan terbaru di Suriah, oposisi bersenjata mengeklaim telah menguasai ibu kota, Damaskus, dan menyatakan kota tersebut bebas dari rezim Bashar al-Assad.

Pengumuman ini memicu perayaan di jalan-jalan Damaskus dan Aleppo.

Kepala HTS, Abu Mohammed al-Julani, mengatakan bahwa semua pasukan oposisi di Damaskus dilarang mengambil alih lembaga-lembaga publik dan harus tetap di bawah pengawasan mantan perdana menteri hingga ada penyerahan resmi.

Perdana Menteri Mohammad Ghazi al-Jalali tetap berada di Damaskus dan berkomitmen untuk memastikan lembaga-lembaga publik berfungsi dengan baik.

Sebelumnya, oposisi Suriah juga mengeklaim bahwa mereka telah merebut kota Homs, yang dikenal sebagai ibu kota revolusi melawan al-Assad.

Siapa Bashar al-Assad dan Apa Dampaknya?

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan