Selasa, 7 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Media Israel: Merasa Sia-sia, IDF Angkat Kaki dari Poros Netzarim Pemisah Gaza Sambil Menangis

Pasukan IDF meninggalkan Poros Netzarim dengan air mata dan perasaan kalau apa yang telah mereka lakukan selama lebih dari setahun di Gaza “sia-sia”

khaberni/tangkap layar
BERJALAN BERBARIS - Pasukan infanteri militer Israel (IDF) berjalan berbaris di waktu yang tidak dicantumkan di wilayah pendudukan mereka di Palestina. IDF dilaporkan mundur dari Poros Netzarim setelah tercapai kesepakatan pertukaran sandera dengan Gerakan Hamas per 19 Januari 2025. 

Media Israel: Sia-sia, Pasukan IDF Angkat Kaki dari Poros Netzarim Pemisah Gaza Sambil Menangis

TRIBUNNEWS.COM - Media Israel, Channel 14 melaporkan kalau tentara Israel (IDF) meninggalkan Poros Netzarim sambil menitikkan air mata.

Poros Netzarim, adalah barikade militer yang didirikan oleh tentara IDF untuk memisahkan Kota Gaza dan bagian utaranya dari wilayah tengah dan selatan Jalur Gaza.

Baca juga: Ratusan Ribu Warga Gaza kembali ke Utara, Ben-Gvir: Hamas Menang Mutlak, Israel Menyerah Sepenuhnya

Secara strategis, IDF bertujuan untuk membagi-bagi wilayah Gaza menjadi beberapa zona dengan pemisah, berdalil untuk memutus mobilitas dan pergerakan milisi perlawanan Palestina saat Perang Gaza berlangsung selama 15 bulan terakhir.

"Pasukan IDF meninggalkan Poros Netzarim dengan air mata dan perasaan kalau apa yang telah mereka lakukan selama lebih dari setahun di Gaza “sia-sia”," tulis laporan itu, dikutip dari Khaberni, Selasa (28/1/2025).

Sebagai informasi, Tentara IDF dilaporkan dari poros Netzarim pada Senin (27/1/2025) setelah Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas dan Israel mencapai kesepakatan pertukaran sandera dan tahanan.

Baca juga: Israel Segera Lanjutkan Perang Usai Kaget Lihat Petempur Hamas Muncul dalam Sekejap Mata di Gaza

Warga Palestina yang mengungsi mulai kembali ke Gaza utara untuk pertama kalinya sejak perang genosida Israel dimulai, pada Senin 27 Januari 2025.
KEMBALI PULANG - Warga Palestina yang mengungsi mulai kembali pulang ke rumah mereka di Gaza utara untuk pertama kalinya sejak perang genosida Israel dimulai, pada Senin 27 Januari 2025. (tangkap layar/Presstv)

Kesepakatan itu menetapkan pembebasan 6 tahanan Israel, termasuk tawanan Erbil Yehud, dengan imbalan mengizinkan, mulai Senin kemarin, pengungsi Palestina bisa kembali ke rumah-rumah mereka ke Jalur Gaza utara.

Dengan penarikan tentara pendudukan Israel dari Poros Netzarim – yang didirikannya dengan dimulainya operasi darat pada tanggal 27 Oktober 2023 – puluhan ribu pengungsi mengalir di sepanjang dua jalan utama.

Satu di antara akses tersebut adalah Jalan Al-Rashid, yang menjadi saksi perjalanan panjang barisan warga yang kembali dengan berjalan kaki.

"Sementara ribuan warga lainnya mulai lewat dengan kendaraan mereka dari selatan Jalur Gaza melalui poros Netzarim," kata laporan itu.

Meliput penarikan mundur pasukan Israel tersebut, koresponden desk militer untuk Channel 14 Israel, Halel Rosen, mengatakan:

“Saya dapat memberitahu Anda bahwa para prajurit IDF yang meninggalkan Koridor Netzarim menangis, dan mengatakan bahwa mereka merasa bahwa semua yang mereka lakukan selama lebih dari setahun di Jalur Gaza sia-sia.”

Dia menambahkan, “Hal ini menimbulkan kemarahan (warga Israel),”.

Pasukan infanteri militer Israel (IDF) berjalan berbaris
BERJALAN BERBARIS - Pasukan infanteri militer Israel (IDF) berjalan berbaris di waktu yang tidak dicantumkan di wilayah pendudukan mereka di Palestina. IDF dilaporkan mundur dari Poros Netzarim setelah tercapai kesepakatan pertukaran sandera dengan Gerakan Hamas per 19 Januari 2025.

Israel Rugi Besar

Sang koresponden mengindikasikan, kalau kesepakatan tersebut sangat merugikan Israel dan menguntungkan Hamas.

Selain pembebasan ratusan orang Palestina, yang selama ini dipenjara Israel karena tuduhan keamanan, kesepakatan itu juga berimbas nyata pada kekalahan Israel dalam perang dalam hal taktis. 

"Sebelumnya, harga yang harus dibayar (Israel) adalah pembebasan tahanan keamanan, namun hari ini biaya tersebut telah menjadi bersifat operasional, karena bagian utara Jalur Gaza sekarang sudah terekspos (dikuasai lagi oleh Hamas). (Ini seperti) meletakkan alat peledak untuk IDF di bawah tanah dan ranjau akan terpasang di mana kami sebelumnya berada (mengontrol wilayah tersebut)," kata dia. 

Dia melanjutkan, dengan mengatakan, “Jika ada ribuan militan di wilayah Beit Hanoun dan Jabalia (Gaza Utara), jumlahnya sekarang mungkin akan meningkat menjadi lebih dari 10.000 milisi, dan kita akan menunggu – jika kita kembali berperang – pertempuran yang penuh kekerasan dan intens dari apa yang kita lihat sebelumnya."

Dia menambahkan, “Benteng yang akan dibangun dan senjata yang akan diselundupkan membuat operasi militer di masa depan menjadi lebih berbahaya dan kompleks,”, merujuk pada hipotesis kalau kekuatan Hamas sudah pulih dan bertambah kuat setelah 15 bulan bombardemen IDF. 

Baca juga: Media Israel: IDF Sebut Kemampuan Militer Hamas Pulih, Sukses Rekrut Ribuan Petempur Baru

KORIDOR NETZARIM- Israel membangun ‘sabuk militer’. Mereka sedang melakukan penyelesaian akhir pada jalan sepanjang 8 km yang secara efektif akan membelah Jalur Gaza menjadi dua dan memperkuat kendali Israel di wilayah utara.  Pejabat pertahanan Israel yang berbicara dengan Wall Street Journal (WSJ) mengatakan jalan yang membelah Gaza – yang disebut “Koridor Netzarim”.
KORIDOR NETZARIM - Israel membangun ‘sabuk militer’. Mereka sedang melakukan penyelesaian akhir pada jalan sepanjang 8 km yang secara efektif akan membelah Jalur Gaza menjadi dua dan memperkuat kendali Israel di wilayah utara. Pejabat pertahanan Israel yang berbicara dengan Wall Street Journal (WSJ) mengatakan jalan yang membelah Gaza – yang disebut “Koridor Netzarim”. (Tangkapan layar Twitter)

Dia menilai kalau penarikan mundur pasukan IDF dari Netzarim adalah “Pukulan besar terhadap semua upaya yang dilakukan pasukan kami di Gaza. Dan sekarang, tampaknya semua itu (usaha IDF) terbuang percuma,” katanya.

Kembalinya warga Palestina yang terlantar ke Jalur Gaza utara terjadi setelah berbulan-bulan pengeboman dan pengepungan Israel yang menyebabkan ratusan ribu warga Palestina terpaksa mengungsi.

Kembalinya ratusan ribu warga Gaza ini disertai dengan kondisi hidup yang keras karena kelaparan dan terhambatnya kedatangan bantuan pangan. 

"Situasi itu menjadikan perjalanan pulang sebagai momen luar biasa yang membawa harapan dan rasa sakit pada saat yang bersamaan," kata laporan Khaberni.

Pada tanggal 19 Januari, gencatan senjata antara perlawanan Palestina dan pendudukan Israel mulai berlaku, dan tahap pertama akan berlanjut selama 42 hari, di mana negosiasi akan dilakukan untuk memulai tahap kedua dan ketiga, yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.

 

(oln/khbrn/*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved