Kamis, 4 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Qassam Balas Ultimatum Israel: Tel Aviv Saksikan Lagi Kematian Sandera Jika IDF Nekat Lanjut Perang

Brigade Al Qassam menyatakan siap menghadapi segala kemungkinan, termasuk apa yang diultimatum Israel kalau Perang Gaza akan segera berkobar lagi

Foto: rekaman video
BALAS ANCAMAN ISRAEL - Abu Obeida, juru bicara militer Brigade Al-Qassam membalas ancaman Israel yang mengultimatum untuk menyetujui tawaran AS soal perpanjangan gencatan senjata. Qassam menyatakan Israel berisiko membunuh sandera mereka sendiri yang ada di tangan Hamas. 

Al Qassam Balas Ancaman Israel: Tel Aviv Saksikan Lagi Kematian Sandera Jika IDF Nekat Lanjut Perang

TRIBUNNEWS.COM - Hamas merespons ancaman Israel yang memaksa gerakan pembebasan Palestina itu untuk menyetujui usulan Amerika Serikat (AS) terkait perpanjangan tahap I Gencatan Senjata.

Israel mengancam, jika tidak ada kesepakatan yang dicapai antara Israel dan Hamas, pasukan militer Israel (IDF) akan kembali berperang di Gaza dalam waktu sekitar satu setengah minggu.

Baca juga: Blokir Semua Bantuan Gaza, Cara Israel Peras Hamas Agar Setuju Usulan AS Gencatan Senjata Sementara

Sebelum ancaman ini, pada Minggu (2/3/2025), Israel sudah memblokir masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.

Israel juga bersiap untuk memutus aliran air dan listrik ke Jalur Gaza, serta memulai kembali pertempuran paling cepat minggu depan.

Atas aksi Israel ke Gaza tersebut, Hamas membalas ancaman itu dengan mengatakan setiap eskalasi militer Israel terhadap warga Palestina dapat menyebabkan kematian sandera Israel yang ada di tangan mereka.

"Setiap eskalasi militer Israel terhadap warga Palestina kemungkinan besar akan berujung pada terbunuhnya sejumlah sandera," kata Abu Obeida, juru bicara Brigade Al-Qassam, sayap bersenjata Hamas pada Kamis (6/3/2025), dilansir Anews.

Baca juga: Militer Israel Siaga Tinggi Kembali Perang di Gaza, Hamas: Kami Tak Mempan Ancaman, AS Berpihak

Beberapa waktu lalu, warga Tel Aviv memang menerima kepulangan sejumlah sandera Israel yang ditawan Hamas, namun dalam sejumlah peti jenazah.

Hal tersebut makin mendorong warga Israel kian mendesak pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu untuk menyegel kesepakatan Tahap II Gencatan Senjata Gaza dalam kerangka pertukaran sandera-tahanan.

Hamas mengklaim, sebagian sandera Israel yang berada dalam peti jenazah itu justru tewas karena bombardemen buta yang dilakukan Israel selama 15 bulan agresi di Jalur Gaza, lokasi para sandera berada.

Adapun Abu Obeida menambahkan kalau ancaman perang dan blokade Israel tidak akan menjamin pembebasan para sandera Israel yang ada di tangan mereka. 

BALAS ANCAMAN ISRAEL - Abu Obeida, juru bicara militer Brigade Al-Qassam
BALAS ANCAMAN ISRAEL - Abu Obeida, juru bicara militer Brigade Al-Qassam membalas ancaman Israel yang mengultimatum untuk menyetujui tawaran AS soal perpanjangan gencatan senjata. Qassam menyatakan Israel berisiko membunuh sandera mereka sendiri yang ada di tangan Hamas.

Al Qassam Masih Bisa Bikin Ambruk IDF

Abu Obeida,  pada Jumat (7/3/2025) juga menyampaikan pernyataan publik dalam rekaman video yang diunggah dalam platform media gerakan tersebut.

Pernyataan ini menegaskan kembali komitmen milisi perlawanan terhadap gencatan senjata tiga tahap dan perjanjian pertukaran sandera-tahanan di Gaza.

Ia menuduh Israel berupaya menghindari ketentuan perjanjian dan mencari dukungan Amerika Serikat (AS) untuk membenarkan dimulainya kembali tindakan agresifnya.

Dalam video tersebut, Abu Obeida muncul di sisi kanan layar, berdiri di samping gambar Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu di Tempat Suci.

Di bawah gambar tersebut, ia menunjukkan kutipan dari ayat kesepuluh Surat Fatir: “Dan rencana mereka pasti akan gagal,” yang menandakan perlawanan terhadap manuver Israel.

Menanggapi ancaman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu baru-baru ini untuk kembali bertempur, Abu Obeida menyatakan, “Kami siap menghadapi segala kemungkinan. Perlawanan memiliki sesuatu yang akan merugikan musuh dalam setiap konfrontasi di masa mendatang.”

Ia menambahkan, "Ancamannya merupakan tanda kelemahan dan rasa malu. Ini hanya akan mendorong kita untuk kembali menghancurkan apa yang tersisa dari prestisenya."

"Setiap peningkatan agresi terhadap rakyat kami akan menyebabkan terbunuhnya sejumlah tawanan musuh," ia memperingatkan lebih lanjut, seraya menyatakan bahwa Israel bertanggung jawab atas penderitaan dan kematian mereka dengan mengingkari perjanjian.

PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan sandera Israel, Omer Shem Tov, mencium kening anggota Brigade Al-Qassam dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025). Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel dengan imbalan 602 tahanan Palestina.
PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan sandera Israel, Omer Shem Tov, mencium kening anggota Brigade Al-Qassam dalam pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025). Pada Sabtu (22/2/2025), Hamas membebaskan 6 sandera Israel dengan imbalan 602 tahanan Palestina. (Telegram/Brigade Al-Qassam)

Bukti Kehidupan Para Sandera yang Tersisa

Abu Obeida secara langsung juga menyapa keluarga tawanan Israel, dengan mengatakan, “Kami memiliki bukti kehidupan hingga hari ini bagi para tawanan yang masih hidup. Ancaman perang dari musuh hanya akan mendatangkan kekecewaan bagi mereka dan tidak akan berujung pada pembebasan tawanan mereka.”

Ia menekankan bahwa meskipun sulit untuk menyelamatkan nyawa mereka di tengah perang, “dunia menyaksikan bagaimana perlawanan sangat bersemangat memperlakukan para tahanan dengan baik, sesuai dengan etika agama kita.”

Juru bicara Al Qassam tersebut juga mengkritik Barat karena menutup mata terhadap penyiksaan yang dialami oleh tahanan Palestina sambil menyatakan keprihatinan yang tidak semestinya terhadap tawanan Israel.

Ia menuduh pimpinan Israel memprioritaskan "kepentingan partisan di atas nyawa tahanannya," dan mengecam standar ganda dalam tanggapan global terhadap perlakuan terhadap tahanan.

Abu Obeida kemudian menyampaikan rasa terima kasihnya kepada kelompok Ansarallah di Yaman atas dukungan berkelanjutan mereka terhadap perjuangan Palestina. Ia merujuk pada pernyataan mereka, yang berjanji, "untuk melanjutkan keputusan mendukung dan bersiap menyerang musuh," jika Israel memutuskan perjanjian dengan kelompok perlawanan tersebut.

Untuk menghormati bulan suci Ramadan, Abu Obeida menyampaikan ucapan selamatnya kepada umat Muslim di seluruh dunia, dan menggambarkan bulan ini sebagai bulan “penaklukan.”

Ia mendesak dua miliar umat Muslim di seluruh dunia, “Apa yang akan kalian lakukan untuk mempertahankan martabat kalian sebelum tangan para penindas mencapai kalian di rumah kalian sendiri?”

Ia menambahkan, “Bangsa Arab Muslim ini tengah mengalami genosida, kelaparan, dan upaya pengusiran di depan mata kalian,” tegasnya:

“Bangsa Islam tidak akan bangkit dan tidak akan memiliki kedudukan di antara bangsa-bangsa lain hingga tanah suci ini dibersihkan dari kotoran para penjajah.”
Ia menyimpulkan, “Saudara-saudaramu seiman telah menyucikan puasa mereka dengan mempersembahkan aliran darah yang suci.”

 

(oln/pc/aja/*)

 

 

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan