Senin, 25 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Menuduh Netanyahu Menghalangi Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Hamas mengatakan pada hari Minggu bahwa persetujuan Perdana Menteri 'Israel' Benjamin Netanyahu atas rencana untuk menduduki Kota Gaza

Editor: Muhammad Barir
Anews/File
SAYAP MILITER HAMAS - Seorang petempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, dalam sebuah parade militer beberapa waktu lalu di Jalur Gaza. Hamas menyatakan siap kembali berunding dengan Israel dalam negosiasi yang tidak setengah-setengah, mau bebaskan semua sandera Israel asalkan pasukan IDF berhenti melancarkan perang dan mundur total dari Gaza. 

Meskipun kesepakatan itu dimaksudkan untuk mengarah pada gencatan senjata permanen, Miller mengatakan pemerintahan Trump "tidak benar-benar menekan pemerintah Israel untuk mematuhi ketentuan dan membiarkan perdana menteri melanjutkan perang" ketika Israel secara sepihak mengakhiri gencatan senjata pada bulan Maret.

'Berperang dalam perang ini selama puluhan tahun'
Menurut Miller, Netanyahu mengatakan kepada mantan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken: "Kita akan terus berperang dalam perang ini selama beberapa dekade mendatang. Begitulah adanya, dan begitulah adanya."

Pada hari Senin, Hamas mengatakan telah menerima proposal gencatan senjata, yang menurut media Israel, memenuhi sebagian besar tuntutan yang digariskan oleh utusan Presiden Donald Trump, Steve Witkoff.

 

Namun, dua hari kemudian, Israel melancarkan serangan baru untuk merebut  Kota Gaza , sebuah langkah yang diyakini menandai fase pertama pendudukan penuh Jalur Gaza. Hamas sejak itu menuduh Israel sengaja mengabaikan upaya untuk mencapai gencatan senjata.

Keluarga para tawanan juga menuduh Netanyahu berupaya memblokir kesepakatan tersebut.

"Netanyahu telah memutuskan untuk menggagalkan kesepakatan lain dan menyegel nasib 20 tawanan dan 100 tentara di Kota Gaza ," kata Nimrod Cohen, saudara laki-laki seorang tentara tawanan, dalam sebuah demonstrasi di Tel Aviv minggu ini.

"Ketika Hamas menginginkan kesepakatan parsial, Netanyahu menginginkan kesepakatan penuh - dan sebaliknya."

Einav Zangauker, ibu dari tawanan lain, Matan Zangauker, mengatakan dalam demonstrasi terpisah: "Netanyahu berbohong ketika dia berkata, 'kami siap untuk kesepakatan penuh dan mengakhiri perang'."

"Seperti halnya perjanjian terakhir yang diledakkan pemerintah Israel sebelum mencapai Tahap B, kali ini pun Netanyahu memperhitungkan pertimbangan politiknya dan memutuskan untuk meledakkannya."

 

 

 

 

 

 


SUMBER: ROYA NEWS, MIDDLE EAST EYE

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan