Konflik Palestina Vs Israel
Gejolak Baru di Yaman: Houthi Gerebek Kantor PBB, Culik 11 Pekerja
Ketegangan di Yaman kembali meningkat setelah kelompok Houthi yang didukung Iran menyerbu kantor badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Sana’a
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Bobby Wiratama
Kejadian ini menambah panjang daftar penahanan terhadap staf internasional di Yaman.
PBB mencatat, Houthi sudah menahan puluhan pekerja kemanusiaan sejak beberapa tahun terakhir. Kondisi ini dinilai berpotensi memperburuk krisis kemanusiaan, mengingat Yaman masih menghadapi kelaparan dan wabah penyakit yang mengancam jutaan jiwa.
“Penahanan terbaru ini semakin memperburuk kondisi kemanusiaan di Yaman,” kata seorang pejabat PBB yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Aksi ini dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional dan mengancam jalannya misi kemanusiaan di negara yang tengah dilanda krisis berkepanjangan.
Utusan Khusus PBB untuk Yaman mengeklaim penahanan tersebut sebagai tindakan sewenang-wenang dan tidak dapat diterima.
“Saya mengutuk keras gelombang baru penahanan personel PBB di Sana’a dan Hodeidah, serta pemaksaan masuk ke kompleks PBB dan penyitaan properti kami. Kami menuntut agar semua staf dibebaskan segera dan tanpa syarat,” tegasnya.
“Kami tidak akan mundur dalam upaya melindungi pekerja kemanusiaan dan memastikan bantuan tetap sampai kepada rakyat Yaman yang membutuhkan,” imbuh Grundberg.
Hal senada disampaikan pemerintah Yaman yang diakui internasional turut mengecam tindakan Houthi.
Mereka menyebut aksi penculikan itu sebagai upaya untuk menjadikan staf internasional sebagai alat tawar-menawar politik di tengah ketegangan setelah serangan Israel yang menewaskan sejumlah pejabat tinggi Houthi pekan lalu.
Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, juga menyampaikan kecaman keras.
Washington memperingatkan bahwa penahanan pekerja kemanusiaan melanggar prinsip dasar perlindungan sipil dalam konflik.
Sementara Uni Eropa menegaskan Houthi harus segera membebaskan semua staf dan menghormati hukum humaniter internasional.
Dengan meningkatnya tekanan diplomatik, para pengamat menilai posisi Houthi bisa semakin terisolasi di panggung internasional.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.