Jumat, 26 September 2025

Daftar Pemimpin Dunia yang Alami Mikrofon Mati saat Bahas Palestina di PBB

Saat membahas tentang masalah-masalah penting Palestina, mikropon yang dipakai oleh Presiden Indonesia Prabowo Subijanto tiba-tiba mati.

Editor: Muhammad Barir
Tangkapan layar dari YouTube Sekretariat Presiden
PIDATO PRABOWO SOAL PALESTINA - Presiden Prabowo Subianto saat berpidato dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS, Selasa (22/9/2025) pagi waktu setempat atau Senin (21/9/2025) malam waktu Indonesia. 

Para Pemimpin Dunia Pro-Palestina Mengalami Masalah Mikrofon, Termasuk Presiden Indonesia

TRIBUNNEWS.COM- Saat membahas tentang masalah-masalah penting Palestina, mikropon yang dipakai oleh Presiden Indonesia Prabowo Subijanto tiba-tiba mati.

Suara Prabowo yang tadinya lantang, terdengar, tiba-tiba saja menjadi sunyi saat membahas masalah penting terkait Palestina.

Masalah mikrofon yang tidak berbunyi dialami oleh Presiden Indonesia, Prabowo Subiyanto.

Selain dialami oleh Presiden Prabowo, sejumlah pemimpin negara lain juga mengalami hal serupa saat membahas masalah terkait Palestina di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. 

Dikutip dari TRT World, ada beberapa pemimpin dunia menghadapi masalah mikrofon yang tiba-tiba mati saat membahas Palestina di sidang PBB.

Bukan hanya dialami pemimpin Indonesia, pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan, PM Kanada Mark Carney, juga mengalami masalah yang sama, mikrofonnya mati saat mengangkat isu Palestina dan Gaza.

Gangguan teknis memicu kebingungan saat Mark Carney mengumumkan pengakuan Palestina dan juga pada saat Prabowo Subijanto membahas soal pasukan penjaga perdamaian di Gaza.

Serangkaian kegagalan mikrofon di Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengganggu pidato-pidato penting para pemimpin dunia, termasuk Presiden Turki, Perdana Menteri Kanada, dan Presiden Indonesia.

Isu mikrofon mati ini menarik perhatian selama debat sensitif tentang genosida Gaza dan kenegaraan Palestina.

Pada hari Selasa (23/9/2025), pidato Presiden Indonesia Prabowo Subianto terpotong di tengah pidatonya saat ia membahas rencana untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Gaza.

Mikrofonnya tiba-tiba mati, dan suasana menjadi sunyi, membuat sang penerjemah kesulitan untuk melanjutkan.

Umpan audio dilanjutkan setelah beberapa detik, tetapi gangguan itu terjadi laga pada saat-saat yang kritis.

Beberapa jam sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menghadapi masalah serupa saat berpidato di hadapan majelis Sidang Umum PBB.

Saat ia mengecam genosida yang dilakukan Israel di Gaza dan menyerukan pengakuan segera atas negara Palestina, penerjemah terdengar berkata: "Tidak bisa mendengar Presiden, suaranya hilang."

Gangguan itu segera diperbaiki, tetapi sempat menimbulkan kebingungan di aula.

Kegagalan mikropon yang paling dramatis terjadi pada hari Senin (22/9/2025) ketika Perdana Menteri Kanada Mark Carney mengumumkan pengakuan resmi negaranya terhadap Negara Palestina.

"Dalam konteks ini, Kanada mengakui negara Palestina," ujarnya, disambut tepuk tangan dari para delegasi.

Beberapa saat kemudian, mikrofonnya tiba-tiba mati.

Meskipun mendapat sorak sorai, hilangnya audio secara tiba-tiba memicu spekulasi di antara beberapa pengamat tentang waktu terjadinya kerusakan tersebut.

Staf teknis PBB kemudian mengatakan kegagalan itu disebabkan oleh masalah peralatan di aula Majelis Umum PBB, yang telah menjadi tuan rumah bagi puluhan pemimpin minggu ini di tengah sesi tingkat tinggi.

Para pejabat menekankan bahwa tidak ada "indikasi" adanya campur tangan yang disengaja.

Gangguan tersebut terjadi saat Palestina dan Gaza mendominasi pembahasan di agenda sidang umum PBB tahun ini.

Semakin banyak negara — termasuk Prancis, Belgia, Malta, Luksemburg, dan Kanada — yang mengakui Palestina, menganggapnya sebagai langkah menuju kebangkitan solusi dua negara.

Pada saat yang sama, para pemimpin dari Turki, Indonesia, dan negara lainnya telah menuntut tindakan internasional yang mendesak untuk menghentikan genosida di Gaza, memastikan akses kemanusiaan, dan mengerahkan pasukan penjaga perdamaian jika perlu.

Erdogan memperingatkan bahwa tindakan Israel merupakan genosida, sementara Prabowo mengatakan Indonesia siap menyumbangkan pasukan ke misi PBB jika disetujui.

Meski audionya gagal, pesannya tetap tersampaikan.

Seperti yang dicatat oleh seorang delegasi setelah pernyataan Carney: "Pengakuan itu terdengar keras dan jelas, meskipun mikrofon tidak."

 

 

Baca juga: Momen 3 Kali Prabowo Promosikan Two-State Solution untuk Penyelesaian Konflik Israel vs Palestina

 

 

 

 

 

Indonesia Siap Kirim Pasukan Penjaga Perdamaian ke Gaza

Indonesia menyatakan siap untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian ke Gaza di Sidang Umum PBB.

Presiden Prabowo Subianto menjanjikan dukungan terhadap solusi dua negara karena banyak negara mengakui Palestina.

Presiden Indonesia Prabowo Subianto telah menyampaikan kepada Majelis Umum PBB bahwa negaranya siap untuk mengerahkan pasukan penjaga perdamaian ke Gaza karena krisis kemanusiaan semakin dalam dan genosida terus berlanjut.

"Dengan berat hati kami mengenang tragedi yang tak tertahankan di Gaza," ujarnya.

"Ribuan orang tak berdosa telah terbunuh, kebanyakan perempuan dan anak-anak, dan kelaparan serta kehancuran telah terjadi. Bencana kemanusiaan sedang terjadi di depan mata kita. Kami mengutuk semua tindakan kekerasan terhadap warga sipil tak berdosa".

Prabowo Subianto mengatakan Indonesia siap mengambil bagian dalam upaya internasional untuk menghentikan konflik.

"Kami bersedia menyediakan pasukan penjaga perdamaian," ujarnya, menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap solusi dua negara.

Ia juga memaparkan posisi Indonesia terkait pengakuan.

"Indonesia menyatakan akan segera mengakui Negara Israel dan mendukung segala jaminan keamanan Israel segera setelah Israel mengakui Negara Palestina dan kemerdekaan Palestina," ujarnya kepada para delegasi.

Prabowo mengatakan sikap Indonesia sudah jelas.

"Kami tetap berkomitmen pada solusi dua negara dalam masalah Palestina," ujarnya kepada para delegasi, menyerukan persatuan dalam upaya internasional untuk mengakhiri apa yang ia sebut sebagai "bencana kemanusiaan yang terjadi di depan mata kita."


Momentum pengakuan tumbuh

Janji itu muncul saat momentum pengakuan Palestina menguat di Sidang Umum PBB 80.

Sehari sebelumnya, Inggris bergabung dengan Australia dan Kanada dalam secara resmi mengakui Negara Palestina, sebuah langkah yang mendapat tentangan keras dari Israel dan Amerika Serikat.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, dalam pernyataan video yang dirilis hari Minggu, membela keputusan tersebut.

"Ini bukan hadiah untuk Hamas," katanya, seraya menegaskan pengakuan tersebut merupakan langkah penting untuk menghidupkan kembali solusi dua negara.

Negara-negara Eropa lainnya — termasuk Prancis, Belgia, Malta, dan Luksemburg — juga telah mengumumkan pengakuan dalam beberapa hari terakhir, membingkai langkah-langkah tersebut sebagai bagian dari dorongan yang lebih luas untuk mengakhiri pendudukan Israel selama puluhan tahun.

 

 

 

 

SUMBER: TRT WORLD

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan