Jumat, 14 November 2025

Jepang dan Korea Selatan Memperkuat Kerja Sama Pertahanan di Tengah Tekanan Geopolitik

Jepang dan Korsel sama-sama bergantung pada jalur laut yang rentan untuk impor energi dan perdagangan internasional.

Editor: Wahyu Aji
Kolase Tribunnews.com
Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung (kanan) dan PM Jepang Sanae Takaichi. Jepang dan Korsel disebut sama-sama bergantung pada jalur laut yang rentan untuk impor energi dan perdagangan internasional. 

Ringkasan Berita:
  • Jepang dan Korea Selatan disebut menghadapi ancaman serupa dari Korea Utara dan Tiongkok.
  • Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi menunjukkan sikap terbuka terhadap Korea Selatan, menandai pergeseran penting dari rivalitas sejarah.
  • Para analis menilai model kerja sama trilateral AS–Jepang–Korsel perlu diperkuat dengan integrasi langsung antar sekutu.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jepang dan Korea Selatan menghadapi ancaman yang hampir sama, diantaranya perluasan program senjata nuklir Korea Utara, pelanggaran wilayah udara oleh Tiongkok, dan meningkatnya ketegangan di jalur maritim regional. 

Kedua negara itu sama-sama bergantung pada jalur laut yang rentan untuk impor energi dan perdagangan internasional, menjadikan keamanan maritim sebagai urat nadi stabilitas nasional mereka.

Militer Jepang dan Korsel kini semakin saling melengkapi.

 

Kapal perusak Aegis dan kemampuan operasi laut dalam milik Jepang berpadu dengan sistem rudal, drone, dan keahlian perang siber Korsel.

Dikutip dari Asian Lite, Kamis (13/11/2025), kolumnis Dr. Sakariya Kareem menilai peluang kedua negara dalam membentuk aliansi militer formal kini semakin terbuka.

Menurutnya, kini saatnya Jepang dan Korea Selatan mempertimbangkan kerja sama pertahanan yang lebih terintegrasi.

Kareem menilai perhitungan geopolitik di Asia Timur telah bergeser secara dramatis.

Kerangka lama yang selama ini berpegang pada faktor sejarah kini berisiko tidak lagi relevan secara strategis.

Sikap Sanae Takaichi

Perdana Menteri Jepang yang baru terpilih, Sanae Takaichi, dalam pidato kebijakan perdananya menyatakan berjanji memperkuat hubungan dengan “negara-negara yang berbagi nilai-nilai fundamental.”

“Pembukaan sikap Takaichi terhadap Korea Selatan, yang sebelumnya kerap menjadi sasaran retorika nasionalisnya, menandakan pengakuan bahwa Tokyo dan Seoul harus bergerak melampaui masa lalu untuk menghadapi masa depan yang kian berbahaya,” ujar Kareem.

Perilaku Tiongkok di kawasan juga semakin provokatif.

Patroli pesawat pengebom strategis di dekat wilayah udara Jepang dan Korea, manuver angkatan laut yang agresif di Laut Cina Timur dan Selatan, serta tekanan diplomatik terhadap Taiwan dan Filipina mencerminkan ambisi yang lebih luas, yaitu dominasi regional.

Integrasi Horizontal Sekutu

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved