Rabu, 15 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Profil Marwan Barghouti, Sosok yang Dianggap Bisa Menyatukan Palestina, Israel Takut Membebaskannya

Barghouti sangat populer dan bisa diterima semua kalangan di Palestina. Saat ini, ia menjalani masa hukuman penjara seumur hidup di penjara Israel.

Editor: Willem Jonata
Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English
PEMBEBASAN TAHANAN PALESTINA - Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Minggu (16/2/2025). Foto ini menunjukkan suasana pembebasan tahanan Palestina di Khan Younis pada Sabtu (15/2/2025). 

TRIBUNNEWS.COM - Nama Marwan Barghouti, tokoh Fatah, partai politik terbesar di Palestina, tidak masuk dalam daftar 250 tahanan Palestina, yang akan dibebaskan Israel, dalam waktu dekat.

Barghouti, bagi Israel, dianggap berbahaya dan sangat berpengaruh. Sosoknya dinilai bisa menyatukan Palestina yang terpecah.

Ia menjalani lima hukuman seumur hidup sejak divonis pada 2004 atas serangan yang menewaskan lima warga Israel saat Intifada Kedua.

Baca juga: Setelah Gencatan Senjata, Israel Pindahkan Tawanan Palestina dari 5 Penjara

Selain alasan keamanan, sejumlah analis menyebut ada ketakutan di balik penolakan Israel.

MARWAN BARGHOUTI -- Israel menolak permintaan Hamas untuk membebaskan Marwan Barghouti, tokoh yang kerap dijuluki “Nelson Mandela” Palestina. Nama Barghouti disebut dalam daftar yang diajukan Hamas dalam negosiasi gencatan senjata Gaza, namun otoritas Israel menolak keras melepaskannya, menyebut sosok ini sebagai figur berpengaruh yang bisa mengubah peta politik Palestina.(Tangkapan layar Kompas.TV)

 

"Israel ingin menghindari skenario Barghouti memimpin Palestina," ujar Rabbani, seperti diberitakan Kompas.com.

Hal ini merujuk pada kebijakan Israel selama bertahun-tahun yang dinilai berusaha melemahkan institusi Palestina, dan mencegah munculnya pemimpin kuat dari kubu lawan.

Kekhawatiran juga muncul setelah pengalaman pahit pada 2011, ketika Israel membebaskan Yahya Sinwar, pemimpin senior Hamas, dalam pertukaran tahanan.

Beberapa tahun kemudian, Sinwar menjadi dalang serangan besar pada 2023 sebelum akhirnya tewas oleh pasukan Israel

Nama Barghouti sebelumnya disebut dalam daftar yang diajukan Hamas dalam negosiasi gencatan senjata Gaza.

Selain Barghouti, Hamas juga menuntut pembebasan beberapa tahanan penting lainnya yang memiliki pengaruh besar di Tepi Barat.

Pejabat senior Hamas, Mousa Abu Marzouk, menegaskan bahwa pembebasan Barghouti menjadi salah satu syarat utama dalam kesepakatan pertukaran tersebut.

“Kami bersikeras atas pembebasan para tokoh penting perjuangan Palestina, termasuk Marwan Barghouti,” ujarnya dalam pernyataan resmi.

Namun, pemerintah Israel menolak tegas permintaan itu.

Menurut sumber di pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, pembebasan Barghouti dianggap berisiko besar secara politik dan keamanan.

Barghouti dikenal luas di kalangan rakyat Palestina sebagai simbol perlawanan terhadap pendudukan Israel.

Ia sangat populer. bahkan disebut menyaingi para pemimpin Fatah yang kini berkuasa di Ramallah.

“Israel tidak akan membebaskan seseorang yang dapat mempersatukan faksi-faksi Palestina dan memperkuat perlawanan,” ujar seorang pejabat Israel yang enggan disebutkan namanya, dikutip dari Haaretz.

Marwan Barghouti, yang kini berusia 65 tahun, ditangkap oleh pasukan Israel pada 2002 dan dijatuhi hukuman penjara lima kali seumur hidup atas tuduhan terlibat dalam serangan terhadap warga Israel selama Intifada Kedua.

Meski telah dua dekade mendekam di balik jeruji, namanya tetap disegani di berbagai kalangan Palestina, baik di Fatah maupun Hamas.

Banyak pihak melihat Barghouti sebagai figur pemersatu yang mampu menjembatani perpecahan antara faksi-faksi besar Palestina.

Sejumlah pengamat politik menyebut, jika bebas, Barghouti berpotensi menjadi pesaing serius Mahmoud Abbas dalam pemilihan presiden Palestina di masa depan.

Penolakan Israel terhadap pembebasan Barghouti menunjukkan betapa pentingnya peran politik dan simbolis tokoh ini di mata rakyat Palestina.

Bagi sebagian besar warga, Barghouti bukan hanya tahanan politik, tetapi lambang keteguhan dan harapan akan kemerdekaan yang belum juga terwujud.

Sementara itu, perundingan gencatan senjata antara Hamas dan Israel masih terus berjalan di tengah tekanan internasional untuk menghentikan kekerasan di Gaza.

Meski begitu, isu pertukaran tahanan, terutama terkait Marwan Barghouti, diyakini akan menjadi salah satu titik paling krusial dalam negosiasi yang rapuh ini.

Sosok Barghouti

Marwan Barghouti adalah tokoh yang banyak dipandang sebagai penerus Presiden Palestina Mahmoud Abbas.

Mahmoud Abbas sudah lanjut usia dan semakin kehilangan dukungan rakyat. Maka Barghouti digadang-gadang bisa menggantikan posisinya sebagai pemimpin.

Dia lahir pada 1959 di Desa Kobar, Tepi Barat. Saat menempuh pendidikan sejarah dan politik di Universitas Bir Zeit, Barghouti aktif mengorganisasi aksi protes mahasiswa melawan pendudukan Israel.

Ia menjadi salah satu tokoh kunci dalam Intifada Pertama 1987 dan dideportasi ke Yordania. 

Barghouti, seperti dikutip Kompas.com, kembali ke Palestina pada 1990-an sebagai bagian dari Perjanjian Oslo yang membentuk Otoritas Palestina.

Setelah Intifada Kedua meletus, Barghouti—saat itu pemimpin Fatah di Tepi Barat—dituduh terlibat serangan oleh Brigade Syuhada Al Aqsa.

Meski ia tidak pernah secara terbuka mengonfirmasi keterlibatannya, Israel menangkap dan menghukumnya pada 2004.

Di persidangan, ia menolak membela diri karena tidak mengakui kewenangan pengadilan Israel.

Selama di penjara, Barghouti tetap aktif secara politik. Ia sempat memimpin aksi mogok makan massal selama 40 hari pada 2017, serta mendaftarkan diri dalam pemilu legislatif 2021, yang akhirnya dibatalkan.

Beberapa warga Palestina menjuluki Barghouti sebagai “Nelson Mandela dari Palestina” karena kiprahnya dalam perjuangan kemerdekaan, serta reputasinya sebagai figur pemersatu di tengah polarisasi politik.

"Barghouti dipandang sebagai pemimpin nasional yang kredibel, seseorang yang dapat memimpin Palestina dengan cara yang selalu gagal dilakukan Abbas," kata Mouin Rabbani, peneliti dari Democracy for the Arab World Now, dikutip dari Associated Press.

Barghouti juga dikenal mendukung solusi dua negara, meskipun mendukung pula perlawanan bersenjata terhadap pendudukan.

 Dalam tulisannya di The Washington Post pada 2002, ia menyatakan, "Saya bukan teroris, tetapi saya juga bukan pasifis."

 

Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Israel Tak Mau Lepas “Nelson Mandela” Palestina, Marwan Barghouti Jadi Taruhan Hamas

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved