Israel Curangi Gencatan Senjata: Rafah Ditutup, Bantuan Dipangkas, Warga Tewas Ditembak

Buntut meningkatnya kekerasan dan penundaan pembukaan Perlintasan Rafah, kini nasib berat bagi dua juta warga Gaza yang sangat bergantung pada jalur tersebut menghadapi pukulan berat.

Sebelumnya, kesepakatan gencatan senjata menjanjikan peningkatan jumlah bantuan hingga setara dengan periode jeda singkat yang terjadi pada bulan Maret lalu.

Namun hingga kini, pasokan yang masuk ke Gaza masih sangat terbatas. Menurut OCHA, terdapat 190.000 ton metrik bantuan yang sudah siap dikirim ke Gaza. 

Baca juga: Hadiri KTT Perdamaian Gaza, Prabowo Tunjukkan Kapabilitas di Konflik Internasional

Sementara itu, UNICEF menyiapkan 1.370 truk bantuan berisi tenda, daging beku, buah segar, tepung, dan obat-obatan, tetapi jumlah tersebut belum dapat dikirim karena pembatasan baru dari Israel.

Alhasil banyak keluarga tinggal di rumah-rumah yang rusak parah atau di tenda darurat, dengan akses air bersih yang terbatas dan fasilitas kesehatan yang terhambat.

Warga juga menghadapi ancaman kelaparan massal karena terus menunggu bantuan yang masuk melalui jalur resmi, tetapi jumlahnya masih sangat sedikit dibanding kebutuhan mereka.

“Kami belum melihat perubahan signifikan di lapangan. Di wilayah utara, kami kekurangan tenda, air, dan alat berat. Kami butuh segalanya,” ujar Amjad al-Shawa, Direktur Jaringan LSM Palestina di Gaza.

Pernyataan ini menggambarkan betapa kritisnya kondisi kemanusiaan di Gaza, di mana kebutuhan dasar warga sipil masih jauh dari terpenuhi meski gencatan senjata sudah berlaku.

(Tribunnews.com / Namira)