Konflik Palestina Vs Israel
Trump Restui Serangan Ulang ke Gaza, Perintahkan Israel Habisi Hamas Jika Tolak Lucuti Senjata
Trump perintahkan Israel untuk melanjutkan operasi militer di Jalur Gaza jika Hamas gagal mematuhi ketentuan gencatan senjata yang telah disepakati
Ringkasan Berita:
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menyatakan bahwa Israel memiliki hak untuk melanjutkan operasi militer di Jalur Gaza apabila Hamas gagal mematuhi ketentuan gencatan senjata yang telah disepakati.
Pernyataan itu disampaikan Trump dalam wawancara eksklusif bersama CNN International pada Rabu (15/10/2025).
Dalam keterangan resminya, Trump menegaskan bahwa kesabaran Washington terhadap kelompok Hamas “tidak akan berlangsung selamanya.” terutama setelah kelompok tersebut dinilai lambat menindaklanjuti isi perjanjian yang ditengahi AS.
Dimana Hamas seharusnya menyerahkan 28 jenazah tawanan Israel awal pekan ini sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati.
Akan tetapi akibat terkendala alat, hingga Rabu malam (15/10/2025) Hamas baru menyerahkan total sembilan jenazah, termasuk dua yang diserahkan paling akhir, sementara sisanya masih belum ditemukan karena akses yang sangat terbatas.
Pernyataan Hamas ini memicu keterlambatan dalam proses pemulangan jenazah, yang semula dijadwalkan selesai bersamaan dengan pembebasan para sandera yang masih hidup dalam kerangka gencatan senjata.
Alasan itu yang membuat Trump geram hingga memberikan izin kepada Netanyahu untuk melanjutkan pertempuran di Gaza jika Hamas melanggar kesepakatan.
“Apa yang terjadi dengan Hamas itu akan segera diselesaikan,” kata Trump dengan nada tegas.
“Jika Israel bisa masuk dan menghajar mereka habis-habisan, mereka akan melakukannya. Saya hanya menahan mereka untuk sementara waktu,” lanjutnya.
Senada dengan Trump, Menteri Pertahanan Israel Yoav Katz baru-baru ini melayangkan ancaman keras, menegaskan bahwa pasukan militernya siap melanjutkan pertempuran di Gaza.
“Jika Hamas menolak mematuhi perjanjian tersebut, Israel, berkoordinasi dengan Amerika Serikat, akan melanjutkan pertempuran dan mengubah realitas di Gaza,” tegas pernyataan resmi dari kantor Katz, dikutip oleh The Times of Israel.
Tak tanggung-tanggung untuk menekan Hamas, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir menyerukan penghentian sementara bantuan kemanusiaan ke Gaza sampai Hamas menyerahkan seluruh jenazah tentara Israel.
Imbas blokade ini PBB dan Palang Merah Internasional, melaporkan bahwa hanya sekitar 120 truk bantuan yang berhasil masuk ke Gaza sejak kesepakatan gencatan senjata diberlakukan.
Baca juga: Ancam Hamas, Trump Bisa Izinkan Israel Serang Gaza Lagi
Angka yang jauh dibawah kebutuhan harian yang mencapai lebih dari 500 truk per hari sebelum perang pecah.
Kepala urusan kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, menyebut situasi di lapangan “sangat memprihatinkan”.
“Bantuan masih tertahan di perbatasan Rafah dan Kerem Shalom. Kami mendesak Israel untuk segera membuka jalur bantuan tanpa hambatan demi menyelamatkan nyawa warga sipil,” kata Fletcher dalam wawancara dengan AFP
Hamas Klaim Sudah Patuhi Kesepakatan
Di sisi lain, sayap militer Hamas, Brigade Qassam, menyatakan pada hari yang sama bahwa pihaknya akan menyerahkan dua jenazah tawanan Israel pada pukul 10 malam waktu setempat (1900 GMT).
Mereka mengklaim telah mematuhi seluruh isi kesepakatan, termasuk membebaskan semua sandera hidup dan menyerahkan jenazah yang berhasil mereka temukan di antara reruntuhan.
Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza yang berlaku sejak 10 Oktober, Hamas harus menyerahkan total 48 sandera yang masih berada di Jalur Gaza.Â
Jumlah itu terdiri atas 20 sandera yang masih hidup dan 28 sandera yang sudah tewas.
Sebelum dua jenazah sandera diserahkan pada Rabu (15/10) tengah malam, Hamas baru menyerahkan tujuh jenazah sandera kepada Israel, melalui ICRC.Â
Satu jenazah di antaranya yang diserahkan Hamas telah dipastikan oleh Tel Aviv, bukanlah jenazah sandera.
Namun selanjutnya kelompok itu mengaku tidak lagi mampu mengevakuasi jenazah lain karena banyak korban tertimbun reruntuhan akibat serangan udara Israel.
Hal tersebut juga turut dikonfirmasi Palang Merah Internasional, yang memantau proses pertukaran jenazah, mereka menilai pencarian di tengah puing Gaza merupakan tantangan besar sehingga proses ini memakan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu.
“Hamas sedang bekerja keras untuk menemukan jenazah lainnya. Banyak yang masih tertimbun di bawah puing akibat serangan udara Israel. Kami membutuhkan peralatan berat dan waktu,” tulis pernyataan resmi Brigade Qassam.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.